BONDOWOSO, BANGSAONLINE.com - KH Muhammad Hasan, juru bicara 34 kiai pengasuh pondok pesantren se-Bondowoso Jawa Timur yang turun ke jalan menentang acara Milad Fatimah yang digelar Ikatan Jamaah Ahlul Bait (IJABI) di kampung Arab Bondowoso pada 6 April 2016 berharap Kapolres dan Dandim Bondowoso benar-benar menepati janjinya untuk membuat regulasi (aturan) acara Syiah.
”Kami akan menunggu janji Kapolres dan Dandim,” kata Kiai Muhammad Hasan kepada bangsaonline.com, Jumat (8/3).
Baca Juga: Relawan Khofifah-Emil Bondowoso Deklarasi Kebulatan Tekad Pemenangan Pilgub Jatim 2024
Acara Milad Fatimah itu sendiri digelar dengan kesepakatan bahwa mereka tak mengundang jamaah dari luar. ”Tapi mereka tampak melanggar. Ada juga undangan dari luar. Terlihat dari mobil yang datang, plat N dan L,” kata Kiai Hasan.
Yang menarik, pada tanggal yang sama yaitu 6 April para kiai yang turun ke jalan juga menggelar acara pengajian yang mendatangkan pembicara KH Ahmad Azaim Ibrahimy, pengasuh pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur. Acara pengajian yang digelar di Masjid Agung At-Taqwa Bondowoso itu dihadiri sekitar 8000 jamaah.
Disinggung soal adanya pejabat yang juga pimpinan partai di Bondowoso yang diisukan mendukung acara Syiah karena punya istri menganut paham Syiah, Kiai Hasan tak mau berkomentar.
Baca Juga: Prediksi Cuaca di Bondowoso pada 5 Januari 2024 Oleh BMKG: Berawan
”Saya tak bisa berkomentar sesuatu yang belum saya tahu kebenarannya. Tapi ada kabar burung seperti itu. Tapi saya tak mau komentar untuk media karena dibaca orang banyak,” katanya mengelak.
Isu soal seorang pejabat yang cenderung mendukung acara Syiah ini santer sekali, terutama di kalangan kiai pesantren dan pengurus NU di Bondowoso.
”Dulu terang-terangan. Sekarang sudah nggak karena tak lama lagi dia punya kepentingan politik,” kata seorang kiai kepada bangsaonline.com. Namun kiai yang juga pengurus NU Bondowoso ini enggan menuturkan lebih jauh soal pejabat ini.
Baca Juga: BMKG Sebut Bondowoso Cerah Berawan pada 29 Desember 2023
Kiai di sini sudah tahu semua,” katanya.
Seperti diberitakan bangsaonline.com, situasi Bondowoso Jawa Timur sempat panas. Pada Ahad (3/4) lalu 5000 warga Nahdlatul Ulama (NU) bersama 34 kiai pengasuh pondok pesantren se-Bondowoso turun jalan menggelar aksi demo menentang acara Milad Fatimah.
Para kiai dan warga NU itu menggelar long march memakai pakaian putih-putih. Ada yang berjubah, terutama para kiai, sebagian bersarung tapi semuanya memakai baju putih dan kopyah putih. Mereka melakukan long march dengan tertib dan tidak anarkis. Aksi ini juga dipantau aparat kepolisian.
Baca Juga: Cenderung Cerah Berawan, Ini Perkirakan Cuaca di Bondowoso 23 Desember 2023 oleh BMKG
Menurut Kiai Muhammad Hasan, para kiai melakukan long march itu untuk menyadarkan masyarakat, terutama warga NU, agar tidak terpengaruh paham sesat yang suka mencaci para sahabat, termasuk para istri sahabat.
”Juga untuk menyadarkan masyarakat agar tidak terpengaruh paham yang menghalalkan nikah muth’ah,” tegas santri Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawi al-Maliki Makkatul Mukarramah itu.
Kiai Muhammad Hasan juga menegaskan bahwa para kiai turun ke jalan punya landasan kuat yaitu Peraturan Gubernur (Pergub) Jawa Timur No 55 tahun 2012 Tentang Pembinaan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa Timur. Dalam pergub itu antara lain dijelaskan bahwa menyebarkan dan membantu ajaran sesat itu dilarang.
Baca Juga: Gubernur Khofifah Resmikan 78 Huntap Pascabanjir Bandang di Bondowoso
Selain itu, menurut Kiai Muhammad Hasan, para kiai se-Bondowoso turun ke jalan menentang acara Syiah itu juga dilandasi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur No. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 yang menghukumi ajaran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah sesat. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News