BOGOR, BANGSAONLINE.com - Sejumlah mahasiswa jurusan Teknik Peternakan, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Kota Bogor menunjukkan kreatifitasnya yang berbasis dari bidang peternakan. Salah satunya berhasil menciptakan parfum yang dikembangkan dari kotoran (feses) domba.
Parfum temuan mahasiswa ini diikutsertakan dalam pameran hasil karya mahasiswa yang digelar di halaman Kampus STPP Cibalung, Kota Bogor, Senin (11/4).
Baca Juga: Lucu! Polisi Bagikan Takjil, Pengendara Putar Balik, Jalan Raya Sepi, Mengira Tilang
"Bahannya dari feses domba. Ini sudah hasil fermentasi. Melalui beberapa tahap pengujian," kata Ahmad Farid, mahasiswa semester II jurusan Teknik Peternakan, STPP Bogor.
"Tidak ada domba pilihan, ini dari semua jenis domba," tambah Farid dikutip dari detik.com.
Farid mengatakan, parfum hasil pemanfaatan feses domba yang dikembangkan oleh rekan-rekan sejurusannya ini, memang belum memiliki izin dari institisi manapun. Namun menurutnya, parfum ini diklaim aman untuk kesehatan.
Baca Juga: Cara Menghitung Weton Jodoh yang Benar
"Belum ada izin edar, makanya kita juga belum produksi banyak. Belum ada yang dijual. Sertifikat halalnya juga belum ada ," tambah Virna, mahasiswa STPP lainnya yang ditemui di salah satu stand pameran di STPP Bogor.
"Aromanya juga bisa berbeda-beda, tergantung selera, mau gunakan bahan dasar yang beraroma apa saja, nanti dicampur," tambah perempuan berjilbab ini.
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, yang sempat memberikan sambutan dalam acara dies natalies STPP Bogor ke-15, mengaku tertarik dengan parfum hasil temuan mahasiswa tersebut.
Baca Juga: Perjalanan Fathurrohman Hartono, Pelukis Sketsa yang Bisa Terawang Kehidupan Seseorang
"Saya juga baru tahu ada parfum berbahan feses. Ini hebat. Saya juga sempat mencium aroma tadi, lumayan harum," kata Bima Arya saat memberi sambutan dalam pembukaan dies natalies ke-15 STPP Bogor.
Tidak hanya menjadi parfum, penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa STPP juga berhasil mengubah kotoran sapi menjadi kertas dan pernik-pernik. "Ada juga yang olah menjadi biogas, itu bisa digunakan untuk memasak," kata Farid.
Ia sempat mempraktikkan cara bekerja biogas yang bisa digunakan untuk memasak. Biogas dari kotoran sapi tersebut, ditampung di dalam ban dalam berukuran besar. Gas yang ditampung di dalam ban bekas tersebut, kemudian dialirkan ke kompor menggunakan selang gas. Dalam waktu yang tak lama, biogas tersebut dapat bekerja dan mampu memanaskan minyak goreng dengan cepat. "Kerjanya ngga berbeda dengan gas yang biasa kita gunakan," kata Farid.
Baca Juga: Ingin Hidup Berdampingan dengan Tikus, Petani Kediri Gelar Selamatan dan Tanam Cok Bakal
Seperti diketahui STPP merupakan perguruan tinggi yang dikelola kementerian pertanian sebagai cikal bakalnya merupakan lembaga pendidikan pertanian tertua di Indonesia.
Pada awalnya, lembaga pendidikan yang berdiri pada tahun 1903 ini memiliki nama Lembaga Pertanian (landbouw school). Seiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan bangsa, lembaga pendidikan ini kemudian berkembang dan naik statusnya menjadi Akademi Penyuluhan Pertanian (APP) pada 1992, hingga akhirnya menjadi STPP sejak tahun 2005, dengan berbagai jurusan.
"Ini lembaga pendidikan pertanian tertua. Sudah 113 tahun berdiri. Sudah 4.000 orang yang dididik di sini. Alumni tersebar dan banyak yang sudah menjadi pejabat negara," kata Kepala STPP, Ir. NazarudiN. (detikcom)
Baca Juga: Pembongkaran Makam Jongbiru, 30 Tahun Dikubur, Jenazah Mad Ihsan Masih Utuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News