Tolak Berpangku Tangan, Perjuangan Mbah Ginah Bikin Terenyuh

Tolak Berpangku Tangan, Perjuangan Mbah Ginah Bikin Terenyuh Mbah Ginah memajang barang daganganya di pinggir jalan. Hal itu dilakukan saban hari. foto: brilio

KISAH perjuangan hidupnya bikin banyak anak muda malu. Mbah Ginah, meski sudah berusia renta yakni 80 tahun merupakan sosok yang sangat hebat, bekerja sekuat tenaga tanpa pernah mengeluh.

Usianya tak lagi muda, tapi semangatnya untuk mencari nafkah benar-benar mengundang haru. Dia adalah Mbah Ginah (80), seorang penjual gerabah berbentuk celengan yang rela berjalan kaki demi menjajakan barang dagangannya.

Baca Juga: Kisah Disabilitas Gangguan Konsentrasi Beri Inspirasi hingga Sukses Jadi Seorang Dokter

Mbah Ginah adalah satu dari sekian banyak orangtua yang menolak untuk berpangku tangan. Walaupun jika dilihat dari fisiknya, sudah seharusnya ia beristirahat di rumah untuk menikmati masa tuanya.

Dilansir brilio.net, dikutip dari akun media sosial komunitas Ketimbang Ngemis Yogyakarta, Kamis (21/4), Mbah Ginah tinggal di daerah Kasongan, Bantul, Yogyakarta bersama suaminya yang bekerja mencari rumput untuk pakan kambing. Dan anaknya kini masih duduk di bangku SMP.

Kasongan merupakan sebuah tempat yang terkenal dengan para pengrajin gerabah. Dari situlah ia mulai berjualan menuju ke arah Kota Yogyakarta. Jarak tempuhnya tak main-main. Ia sanggup berjalan dari Kasongan, Bantul hingga ke kawasan Malioboro.

Baca Juga: Kisah Pengepul Rongsokan, Sulap Lahan Mati Hasilkan Rupiah untuk Sekolahkan Anak

"Kalau beruntung ia bisa menumpang dengan tetangganya yang punya becak. Tapi kalau nggak ada ia terpaksa berjalan," ujar Dwiky, seorang anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Yogyakarta yang berkesempatan menemui Mbah Ginah saat berjualan.

Jika dihitung-hitung jarak tempuh saat ia berjualan bisa mencapai sekitar 10 kilometer jauhnya. Itu ia lakukan dengan penuh keikhlasan, demi mencari satu atau dua orang yang mau membeli dagangannya.

Belum lagi sambil membawa barang dagangannya yang tak bisa dibilang ringan. Hanya dengan menggunakan caping sebagai pelindung kepala dari sengatan teriknya matahari. Sandal jepit sebagai alas kaki, dan menggendong beberapa celengan dengan menggunakan wadah bakul.

Baca Juga: Inspiratif, Penganut Kejawen di Ngawi Sedekahkan 40 Pohon Jati untuk Renovasi Masjid Dusun

Saat ditemui ketika berjualan, raut wajahnya tampak kelelahan. Ketika ditanya, Mbah Ginah pun hanya menjawab seadanya.

"Nggih sak kiyate mawon (iya sekuatnya aja)," ucapnya sambil menata barang dagangannya dengan harapan laku tentunya.

Sebuah perjuangan hidup yang menyentuh hati siapapun yang melihatnya. Bisa dibilang, sosok seperti Mbah Ginah inilah yang layak menyandang gelar Kartini Masa Kini. (bri/lan)

Baca Juga: Begini Perjuangan Mahsus Mujib, Wisudawan S2 Unisma Asal Lergunung Bangkalan

Sumber: brilio.net

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'SMPN 1 Kertosono Launching Digitalisasi Sekolah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO