SURABAYA (bangsaonline) - Langkah PT HM Sampoerna yang menutup paksa dua pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) milik mereka di Lumajang dan Jember karena terus menurun pangsa pasar akibattekanan asing lewat wacana aksesi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control ) sangat disesalkan Komisi B DPRD Jatim. Padahal SKT merupakan karya budaya bangsa yang harus tetap dilestarikan keberadaannya.
Ketua Komisi B DPRD Jatim, Agus Dono menegaskan sejak awal pihaknya sudah memprediksikan akan banyak pabrik rokok yang akan rontok akibat kebijakan pusat yang mengikuti aksesi FCTC. Dimana dalam wacana tersebut seluruh pabrik rokok dilarang menggunakan tembakau lokal dengan alasan mengandung Tar tinggi. Padahal sejujurnya banyak tekhnologi canggih yang bisa mengubah tar tinggi menjadi rendah.
"Jujur di Indonesia banyak orang pintar, mengapa kita tidak menggunakan mereka untuk menciptakan tekhnologi yang mengatur Tar tinggi menjadi rendah. Karena itu saya sejak awal minta kepada Presiden untuk tidakmenandatangani aksesi FCTC karena bisa membunuh ratusan ribu petani dan tenaga kerja. Dan itu sudah terbukti dengan PT HM Sampoerna yang telah menutup usaha SKT-nyadi Lumajang dan Jember," ujar Agus Dono, Minggu (17/5/2014).
Baca Juga: Sapa Pekerja Pabrik Sampoerna, Khofifah Komitmen Perjuangkan Kesejahteraan Pekerja dengan DBHCHT
Namun terlepas dari itu, politisi Partai Demokrat itu tak menutup mata terhadap kontribusi PT HM Sampoerna yang telah menyumbang investasi besar di Jatim lewat cukai. Termasuk memberikan pelatihan pada karyawan yang terkena PHK. Dengan begitu mereka masih memiliki harapan kerja. Apalagi ini mendekati Hari Raya Idul Fitri tentunya mereka sangat butuh uang untuk membeli baju untuk anak istri mereka.
"Yang terpenting, nasib pekerja jangan diabaikan. Harus ada pelatihan ketrampilan sebelum mereka di PHK perusahaan," tandas politisi asal kota Malang itu.
Terpisah, Maharani Subandhi, Sekretaris Perusahaan Sampoerna, menyatakan, kesadaran ini pula yang mendasari kebijakan Sampoerna untuk tak begitu saja melepaskan karyawannya berhenti dari pabrik yang direstrukturisasi.Bagaimanapun, keberlangsungan kehidupan mereka harus dipikirkan. Maka, perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan di kedua pabrik; Jember dan Lumajang, untuk mengikuti program pelatihan kewirausahan.
Baca Juga: Kunjungi MPS Trowulan, Pasangan Mubarok Disambut Ribuan Karyawan
“Yang diharapkan, dapat membantu mereka dalam mendapatkan keahlian baru dan mencari sumber penghasilan lainnya,” kata Maharani.
Dijelaskannya, bagi karyawan, akan diberikan program pelatihan yang terdiri dari sesi motivasi, pengelolaan keuangan, dan pelatihan kejuruan.Sementara, bagi mereka yang terdampak keputusan sedih bagi semua pihak ini, diberikan paket pesangon yang jumlahnya lebih besar dari perundangan yang berlaku (UU Tenaga kerja No.13/2003). Ini ditambah dengan THR 2014, karena disadari, kebutuhan akan hari raya, haruslah terpenuhi.
Sementara Wakil Ketua Umum Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi) Ahmad Guntur berharap pemerintahan baru nanti lebih memperhatikan nasib industri rokok kretek yang merupakan kearifan lokal budaya bangsa. Selain itu, industri rokok merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui cukai rokok di mana tahun 2011 lalu mencapai Rp 75 triliun, jauh melebihi sumbangsih dari sektor tambang yang dianggap sebagai primadona.
Baca Juga: Kembangkan SMA Dharma Wanita 1 Pare, Pemkab Kediri Gandeng Putera Sampoerna Foundation
"Kalau mau jujur sebenarnya sudah empat atau lima tahun terakhir ini industri rokok, khususnya SKT, pada gulung tikar karena kebijakan pemerintah memang membunuh industri-industri rokok," papar Guntur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News