Bripka Seladi Mengais Berkah di Tumpukan Sampah, Ingin Anaknya Jadi Polisi Jujur

Bripka Seladi Mengais Berkah di Tumpukan Sampah, Ingin Anaknya Jadi Polisi Jujur Bripka Polisi Seladi memimilah-milah sampah bersama Dimas anaknya.

MALANG, BANGSAONLINE.com - Di sebuah gudang barang bekas atau rongsokan, dua insan tengah mengaduk-aduk sampah. Botol minuman, kresek, plastik, hingga sampah kertas dan sejenisnya dipilahnya.

Bapak dan anak ini memang sedang memilah sampah sesuai jenisnya agar mudah dijual. Bau khas sampah basah tak menjadi halangan bagi mereka untuk menambah pundi-pundi keuangan keluarga.

Baca Juga: Kisah Disabilitas Gangguan Konsentrasi Beri Inspirasi hingga Sukses Jadi Seorang Dokter

Belum lagi belatung, serbuan nyamuk yang setiap saat mendesing di telinga jadi sahabat mereka. Terlihat juga tumpukan sampah yang sudah dibungkus trashbag siap jual.

Sosok pria 57 tahun itu dikenal sebagai Pak Seladi, berpangkat Bripka dan bertugas di Satlantas Polres Malang Kota sehari-harinya. “Di bagian praktik SIM untuk roda empat,” kata pria yang sudah dikaruniai tiga anak ini, kala okezone mampir ke gudang rongsokan miliknya, Selasa (17/5/2016).

Dinas di bagian ujian praktik Surat Izin Mengemudi (SIM) bagi sebagian orang menganggap bisa mendapatkan penghasilan banyak kalau ada pemohon yang sengaja memberi uang atau suap agar diloloskan.

Baca Juga: Kisah Pengepul Rongsokan, Sulap Lahan Mati Hasilkan Rupiah untuk Sekolahkan Anak

Namun, hal ini ini tidak berlaku bagi Seladi, selama 16 tahun bertugas dia menolak segala pemberian pemohon baik berupa uang atau bingkisan yang diberikan kepadanya.

“Ada juga yang diantar ke rumah, tapi saya suruh anak saya mengembalikan. Ini tanya anak saya di samping saya,” katanya seraya menunjuk anaknya yang turut membantu memilah sampah.

Dirinya memilih cari sambilan atau usaha sampingan lain, dengan mengumpulkan barang bekas dan sampah dari lingkungan kantornya maupun toko-toko di sekitar kantornya.

Baca Juga: Inspiratif, Penganut Kejawen di Ngawi Sedekahkan 40 Pohon Jati untuk Renovasi Masjid Dusun

Awalnya, kata Seladi, dirinya mencari sampah di lingkungan kantornya, namun karena ada pemulung yang juga mengambil sampah di sana, ia memilih mencari di tempat lain.

Semua ini dilakukan di luar jam dinas atau ketika waktu senggang. “Yang penting tidak menyalahi aturan,” ujarnya lantas menghisap sebatang rokok yang baru dinyalakan.

Usaha sampingan ini sudah dijalaninya selama delapan tahun dan sekarang memiliki sebuah gudang atau bangunan rumah yang digunakan untuk menumpuk barang-barang bekas yang dikumpulkan maupun hasil setoran pemulung.

Baca Juga: Begini Perjuangan Mahsus Mujib, Wisudawan S2 Unisma Asal Lergunung Bangkalan

Di gudang yang lembab itulah dia dan anaknya setiap hari bergelut dengan sampah. Tekadnya untuk mendidik anak-anaknya meraih cita-cita yang membuat dirinya tidak ingin mengambil jalan pintas untuk menjadi kaya.

Bahkan, dengan jalan mendidik anaknya bekerja keras seperti ini bisa menjadikan anaknya merasakan susahnya orang bekerja dan mencari nafkah. Namun, dengan cara yang jujur dan halal. “Sampah ini bisa menjadi uang, eman ini rezeki kenapa dibuang-buang,” ujarnya.

Selain menjadikan sebagai usaha sampingan, pekerjaan ini juga disiapkan untuk masa pensiun agar ada kesibukan dan menambah penghasilan. Anaknya yang kedua, Dimas juga termasuk penurut dan selalu membantunya memilah sampah di gudangnya.

Baca Juga: Sempat Dicibir Tetangga, Lailatul Qomariyah Anak Tukang Becak Raih Gelar Doktor di ITS

“Cita-citanya ingin menjadi polisi dan sekarang sudah daftar, mohon doanya agar bisa lulus dan menjadi polisi yang jujur,” kata Seladi yang mengaku tidak punya dekengan atau orang dekat baik pejabat maupun polisi.

Pekerjaan memulung sampah ini bukan tanpa cibiran rekan kerjanya maupun orang sekitar. Ia mempunyai prinsip membantu semua orang dengan ikhlas tanpa pamrih dan sabar menghadapi kehidupan ini. Kalau dulu rekan-rekannya cuek dan acuh terhadap kebiasaannya mengumpulkan sampah, kini banyak orang di lingkungan kerjanya memberikan sampah dan semua botol bekas dan sampah diberikan kepadanya.

“Dulu banyak yang acuh, sekarang malah ditawari banyak barang bekas. Yang penting tidak menyalahi aturan dan tidak mengganggu teman. Cari yang halal dan barokah agar anak-anak saya sukses,” tuturnya sembari memilah sampah.

Baca Juga: Wanita Penyandang Disabilitas, Bisa Beli Mobil dan Rumah, Ini Kisah Inspiratifnya

Meski berjibaku dengan sampah hampir setiap hari, dirinya mengaku sehat-sehat saja dan tidak menderita penyakit serius. Setiap hari antara Rp25 ribu hingga Rp 50 ribu bisa dihasilkannya dari sampah.

Di lingkungan kerjanya yang bisa dikatakan “lahan basah” tak membuatnya tergoda. Kalau ada orang yang akan memberi dimintanya untuk memberikannya ke masjid atau anak yatim.

Ia pun mengatakan seraya sedikit bercanda, “Seumpama mau menerima saya bisa saja jadi kaya, lha tidak minta saja kadang diberi. Bayangkan kalau per orang Rp 50 ribu, dan yang memberi ada 10 sudah Rp500 ribu. Dan bisa Anda hitung sendiri itu kalau dilakukan selama 16 tahun,” katanya seolah memang banyak godaan di lingkungan kerjanya.

Baca Juga: Kegigihan Slamet Warga Jelakombo Jombang: Tak Menyerah Meski Idap Polio

Namun bukan itu yang dicarinya karena menurutnya penghasilan semacam itu tidak barokah. “Saya ya cari sampingan dengan sampah ini, mudah-mudahan anak-anak saya yang saya didik dengan jujur ini bisa menjadi polisi meneruskan saya,” harapnya.

Baginya, ada dua pilihan rezeki yang bisa dipilih manusia di dunia ini. Rezeki yang baik dan rezeki yang buruk. “Semua ada konsekuensinya, tergantung memilih yang mana orang itu,” pungkasnya. (ful/okz)

Sumber: okezone

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'SMPN 1 Kertosono Launching Digitalisasi Sekolah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO