Tafsir Al-Qur'an: Menunggu Sikap Tuhan Soal Nusantara Mengaji

Tafsir Al-Qur

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .     

BANGSAONLINE.com - Tanggal 7 dan 8 Mei 2016 kemarin negeri ini dihentak dengan khataman al-Qur'an al-Karim sebanyak 300.000 (tiga ratus ribu) kali. Khataman serentak yang dimotori oleh kawan-kawan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini sungguh super spektakuler dan satu-satunya terjadi di dunia sejak al-Qur'an diturunkan. Khataman al-Qur'an yang selanjutnya berjuluk Nusantara Mengaji itu sungguh perbuatan mulia, di samping sebuah ibadah, tentu sebuah ikhtiar dalam rangka memasyarakatkan al-Qur'an dan meng-alqur'an-kan masyarakat.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Dengan khataman tersebut berarti negeri ini telah diguyur kebajikan yang tak terhingga. Jika ulama menghitung jumlah huruf dalam al-Qur'an sebanyak 1.027.000, persatu huruf bernilai 10 kebajikan, maka satu kali khataman berarti menghasilkan 10.270.000 kabajikan, lalu dikali 300.000, sama dengan 3.081.000.000 (tiga milyar delapan puluh satu juta) kebajikan.

Hadis itu menunjuk, bahwa kebajikan tersebut untuk pembacanya. Sementara bagi para penyelengara khataman ini, donatur, penggagas, sponsor, termasuk negeri ini -insya Allah - mendapat keberkahan juga. Kecuali bila niatnya tidak selaras dengan kesucian al-Qur'an, maka al-Qur'an tidak mau memancarkan keberkahannya (wa al-Qur'an ya'ba). Namanya beda misi, beda kemauan pastilah tidak ketemu.

Tuhan pasti menolong kebenaran dan menghancurkan kebatilan. Hal itu identik dengan semboyan PKB, "Membela Yang Benar ". Jadi, warga PKB itu wajib arif melihat kebenaran, wajib berbuat adil walau menimpa diri sendiri, lalu membela dan memperjuangkan. Itulah pesan al-Qur'an al-Karim yang tak bisa ditawar. Jika ada orang yang dizalimi dan dituduh nyolong sandal di masjid, sementara kita tahu betul bahwa dia tidak melakukan, maka kita wajib membela sekuat-tenaga. Bila perlu dengan mengadakan khataman 300 juta kali demi menyelamatkan dia. Pada konteks ini, Tuhan pasti membantu dengan caranya sendiri.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Tapi bila dia nyolong beneran, maka "haram" bagi kita membelanya. Membela yang salah sama saja dengan sengaja melawan Tuhan. Jika kita ngenyel dan tetap membela, maka kita dianggap sama dengan yang kita bela dan jika terjadi azab, maka pasti akan menimpa kita juga. Tuhan pernah memarahi Nabi gara-gara hal serupa, lalu turun al-Nisa':105, "wa la takun li al-kha'inin khashima", Jangan menjadi pembela bagi para pengkhianat. Selanjutnya, Allah SWT menasehati agar Nabi segera beristighfar, "wa istaghfir Allah".

Al-Qur'an sangat konsist terhadap apa yang dikatakan dan sedikitpun tidak mau ada inkonsistensi. Ketika para sahabat terbukti tergiur harta ghanimah pada perang Uhud, berebut dan mengutil, padahal perang belum usai, tentara kafir datang menghajar habis dan nabi pun hampir terbunuh. Nabi menjerit meminta pertolongan, tapi Tuhan menggelengkan kepala dan tentara langit pun hanya diam dan membisu. Tidak sama dengan perang Badar, ribuan malaikat dengan sukarela turun membantu.

Al-Qur'an adalah cahaya, adalah hidayah Tuhan yang bisa menembus siapa saja yang dikehendaki. Proyeksinya adalah mengubah keburukan menjadi kebaikan, kezaliman menjadi keadilan, bukan sebaliknya. Umar ibn al-Khattab yang semula serius hendak membunuh Nabi, begitu mendengar ayat al-Qur'an dibaca adiknya, mendadak berubah menjadi muslim setia, bahkan menjadi khalifah. Tak ada kebalikannya. Tidak ada orang yang malah menjadi kafir, malah makin berbuat dosa karena al-Qur'an.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Kembali kepada keberkahan khataman al-Qur'an 300.000 kali yang menghasilkan 3.081.000.000. kebajikan. Jika kebajikan itu ditebar kepada seluruh penduduk Nusantra yang berjumlah sekitar 254 juta jiwa, maka masing-masing orang akan mendapat lebih kurang 12.129 kebajikan atau keberkahan al-Qur'an. Kita yakin terhadap kucuran kebajikan ini karena sabda Nabi tidak pernah bohong. Soal seperti apa bentuk kebajikan itu, itulah yang menjadi rahasia Tuhan dan kita sama sekali tidak pernah mampu mengerti, paling banter menduga-duga.

Apakah termasuk non muslim bisa mendapatkan keberkahan dari Nusantara Mengaji ini?. Tentu dapat. Sebab al-Qur'an adalah hidangan Tuhan yang disajikan terbuka di dibumi (Ma'dabah Allah fi al-Ardl). Hidangan Tuhan ini berdasar sifat rahmat-Nya yang lintas diskriminasi, baik agama, ras maupun gender. Jangan berkata bahwa al-Qur'an itu kitab suci bagian umat islam, melainkan katakanlah, bahwa al-Qur'an itu kita suci bagi semua umat manusia. Bagi yang beriman akan mendapat kebahagiaan ganda, di dunia dan di akhirat, sedangkan bagi yang tidak beriman hanya mendapatkan di dunia saja.

Sekali lagi, tebarah keberkahan itu mutlak kebijakan Tuhan dan pasti ditunaikan karena Tuhan tidak pernah ingkar janji. Itu semua dengan syarat melakukan khataman tersebut dengan niat ibadah, lillahi ta'ala. Dari niat inilah akan lahir hikmah, kebajikan, keberkahan seperti ditera di atas.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Andai ada orang yang memanfaatkan khataman tersebut untuk kepentingan pribadi, bolehkah? Asalkan masih dalam koridor yang dibenarkan agama atau sifatnya mubah, seperti untuk kesembuhan, lulus ujian nasional, mendapat jodoh, terpilih menjadi ini dan itu seperti isyarat pada gambar tokoh yang terpampang di baleho-baleho sponsor, maka dibolehkan.

Andai 3.081.000.000 kebajikan itu ditumpahkan kepada lima orang pimpinnan KPK, maka masing-masing akan mendapakan 616.220.000 spirit kebajikan al-Qur'an. Efeknya sangat posisitif, sehingga kelima pimpinan KPK itu akan makin tercerahkan, makin yakin dan gigih, makin semangat memberantas korupsi secara totalitas tanpa tebang pilih sesuai spirit al-Qur'an.

Atau, bagaimana seandainya khataman itu terdapat maksud agar seseorang selamat dari tangan KPK?. Jika dia benar-benar tidak melakukan korupsi, maka al-Qur'an akan hadir menolong, entah seperti apa bentuknya. Meskipun berbagai niat dan kepentingan terselubung dalam Nusantara Mengaji, tapi Tuhan tidak pernah galau dan kebingungan. Kita download rahmat Tuhan sembari tetap yakin, bahwa al-Qur'an tidak pernah salah dan Tuhan pasti memberi yang terbaik. Barakallah fikum.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO