SUMENEP, BANGSAONLINE.com – Tradisi “toron” rupanya masih tetap dijaga di Kabupaten Sumenep. Toron dalam bahasa Indonesia berarti turun. Istilah ini digunakan sebagai simbol penyambung tali silaturrahmi bagi keluarga yang anggota keluarganya ada di luar Madura.
Biasanya tradisi ini dilakukan menjelang hari lebaran. Momen ini digunakan semaksimal mungkin untuk mengobati kangen akibat lama tidak saling bertatap muka. Selain juga untuk merekatkan kembali silaturrahmi yang sempat regang.
Baca Juga: 7 Mahasiswa Asing Program UTISS Hadir di Wisuda ke-37 Universitas Trunojoyo
Tapi istilah toron kemudian berkembang. Tidak hanya digunakan untuk anggota keluarga yang berada di luar Madura, melainkan juga untuk warga yang merantau mencari nafkah bagi keluarga.
Wakil Rais Syuriah PCNU Sumenep, KH. Hafidi Syarbini, menekankan filosofi tradisi pulang kampung atau toron ini benar-benar dijaga, yaitu diniatkan untuk bersilaturrahim dan saling bermaaf-maafan untuk kesalahan yang diperbuat.
“Hal itu akan semakin memperindah setelah sebulan kita berusaha menghapus dosa kepada Kholiq dengan berpuasa,” terangnya, Jum’at (1/7).
Baca Juga: Pesan Pj Gubernur Jatim saat Terima Yankes Bergerak di Grahadi
Masyarakat di daratan dan kepulauan sebenarnya sama-sama memiliki anggota keluarga di luar Madura yang diinginkan toron. Hanya saja yang lebih banyak berada di luar Madura adalah warga kepulauan, karena terbukti penumpang transportasi laut selalu membludak, dan itu terjadi tiap tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News