SIDOARJO (BangsaOnline) – Diyakini bakal bisa menghentikan semburan lumpur Lapindo di Desa Siring Porong Sidoarjo, bendungan ‘Bernoulli’ bakal ditawarkan ke presiden RI yang bakal terpilih dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 mendatang.
Penegasan itu disampaikan oleh Ir Djaja Laksana, peneliti alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yang menciptakan bendungan Bernoulli tersebut. Dia pun tetap optimistis jika teori bendungan "Bernoulli" bisa digunakan menghentikan semburan lumpur Lapindo yang sudah menyembur selama delapan tahun.
Baca Juga: 5 Dari 11 Terdakwa Kasus Korupsi Lumpur Lapindo Sidoarjo Diminta Ganti Rugi, Kok Bisa?
Penemu bendungan Bernoulli itu menyatakan tidak ada kata terlambat untuk menerapkan temuan tersebut guna menghentikan semburan lumpur Lapindo yang keluar sejak 29 Mei 2006 silam itu. “Saat ini masih belum telat mengaplikasikan teori 'bernoulli' untuk menghentikan semburan lumpur Lapindo ini," katanya di tanggul lumpur titik 21 di Desa Siring Kecamatan Porong Sidoarjo, Kamis (29/5/2014).
Dia menegaskan, meski belum dibangun bendungan Bernoulli itu, namun saat ini secara prinsip semburan tersebut sudah ditangani dengan menggunakan prinsip bendungan Bernoulli. “Pembangunan tanggul yang diterapkan oleh Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) ini sebenarnya sudah mengakomodir prinsip teori bendungan 'Bernoulli'," tandasnya.
Meski demikian, kata Djaja, bendungan
tersebut masih belum bisa mengehentikan semburan lumpur Lapindo dari dalam
perut bumi mengingat ketinggian tanggul masih berkisar belasan meter. “Sesuai
teori tersebut, lumpur baru bisa berhenti jika ketinggian tanggul tersebut
sekitar 30 meter. Tetapi, untuk mewujudkan pembangunan tanggul setinggi itu
tidak bisa dikerjakan dengan mudah," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pembangunan bendungan tersebut bisa dilakukan dengan
cara memutar sehingga hasilnya bisa lebih maksimal untuk menghentikan semburan
lumpur ini. “Selain dibuat dengan cara memutar, pemasangan tiang pancang di
dekat pusat semburan juga bisa dilakukan. Kemudian semburan lumpur yang berasal
dari dalam akan dikembalikan lagi sehingga semburan akan berhenti dengan
sendirinya," katanya.
Ia bercerita, untuk mengaplikasikan teori tersebut dirinya membutuhkan waktu
sekitar enam bulan untuk menjamin semburan lumpur benar-benar akan berhenti
untuk selamanya. “Namun, kalau kondisi seperti ini terus dibiarkan maka ancaman
penurunan tanah secara drastis kemungkinan bisa terjadi. Seperti yang terjadi
di luar negeri terjadi penurunan tanah secara ekstrem sedalam 130 meter,”
jlentrehnya.
Baca Juga: 17 Tahun Lumpur Lapindo, Korban Berharap Ada Bacapres yang Komitmen Membantu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News