CILACAP, BANGSAONLINE.com - Sejumlah rohaniawan pendamping terpidana mati terpantau beberapa kali datang menyeberang ke Nusakambangan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dalam beberapa hari ini. Mereka adalah Pastor Paroki St. Stephanus, Charles Patrick Edward Burrows atau yang akrab dipanggil Romo Carolus; pendamping rohani Muslim, Hasan Makarim dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat, KH Utomo Karim; serta pengurus Gereja Kristen Jawa (GKJ) Cilacap, Suhendro Putro.
Para rohaniawan yang biasanya ramah dan terbuka setiap kali dimintai keterangan menjelang eksekusi hampir semuanya tutup mulut, dan selalu terburu-buru masuk atau meninggalkan Nusakambangan melalui Dermaga Wijayapura. Romo Carolus mengatakan, ia akan melakukan pertemuan dengan Kepala Lapas se-Nusakambangan, Adul Aris, dan pertemuan itu menurut dia merupakan koordinasi rutin saja.
Baca Juga: Dihukum Mati, Napi Muslim Dilarang Didampingi Kiai
Saat disinggung mengenai isi pertemuan, Romo enggan menjawab. Ia mengaku belum menerima permintaan untuk mendampingi terpidana mati.
"Saya hanya ditelefon untuk datang ke Lapas Pulau Nusakambangan. Agenda pertemuan dan dengan siapa saja petermuan tersebut juga belum diketahui," jelasnya Rabu 27 Juli 2016. Dia juga mengaku belum mengetahui adanya permintaan penunjukan sebagai pendamping rohani bagi terpidana mati yang akan dieksekusi.
Hal yang sama dikatakan pendamping Rohani Muslim, Hasan Makarim, dan rohaniwan pembimbing agama di Lapas Nusakambangan, KH Utomo Karim. Mereka enggan menjelaskan perihal kesibukannya di Nusakambangan. Menurut Hasan, ia hanya memenuhi undangan kepala lapas. Meskipun demikian, ia berjanji akan memberi keterangan setelah pertemuan dengan kepala lapas.
Baca Juga: Menkum HAM Enggan Buka Video Testimoni Freddy ke Publik, BNN akan Periksa Rohaniawan
Sementara Utomo Karim membantah kedatangannya ke Nusakambangan terkait dengan persiapan eksekusi mati. Kedatangan Utomo ke Nusakambangan pekan ini adalah yang ketiga kalinya. Sebelumnya, ia juga enggan berkomentar. "Nantilah nanti menunggu dari pusatnya, kejaksaan saja. Intinya nanti setelah namanya turun dari sana bisa kita jelaskan," terangnya.
Pengurus Gereja Kristen Jawa (GKJ) Cilacap, Suhendro Putro, juga terlihat menyeberang ke Nusakambangan. Sama speerti yang lainnya, ia tidak menjelaskan agenda di Nusakambangan.
Beberapa saat kemudian aparat kepolisian memasang pembatas jalan dan barikade mulai dipasang di area Dermaga Wijayapura. Di dermaga itu, kepolisian mulai menyiagakan satu regu Brimob dan Sabhara di bagian dalam. Sebagian anggota lainnya melakukan sterilisasi di pertigaan menuju dermaga.
Baca Juga: BNN Ungkap Pencucian Uang Hasil Narkoba Rp 3,6 Triliun, John Kei Benarkan Testimoni Freddy
Sekitar pukul 11 rombongan jaksa, keluarga, dan pengacara terpidana mati tampak memasuki Dermaga Wijayapura. Rombongan masuk dikawal polisi bersenjata lengkap. Jaksa menggunakan mobil dinas, sedangkan rombongan keluarga menggunakan bus milik Pemkab Cilacap.
Sebelum itu, satu keluarga menggunakan mobil pribadi juga tiba di Dermaga Wijayapura. Mobil langsung masuk ke area steril Dermaga sehingga wartawan tidak bisa mendapat informasi.
Sementara itu, terpidana mati kasus narkoba yang termasuk dalam eksekusi mati tahap tiga, Freddy Budiman meminta agar dimakamkan di Surabaya.
Baca Juga: Lolos dari Pelabuhan, KontraS Bongkar Pengamanan 1,4 Juta Pil Ekstasi pada 2012
Pernyataan tersebut diungkapkan pengacaranya, Untung Sunaryo usai menemuinya di ruang isolasi khusus Lapas Batu. "Pesan terakhir beliau adalah meminta agar dimakamkan di Surabaya. Karena kan dia kelahiran Surabaya," katanya.
Untung mengatakan, Freddy ditemui keluarga besarnya yang terdiri dari ibu, adik-adik dan anaknya. Selain itu, dia mengemukakan, Freddy juga mengajukan grasi kepada Presiden Joko Widodo untuk pengampunan.
"Saya akan menyampaikan kepada Presiden Jokowi esok pagi untuk menyampaikan pesan ini," ujarnya.
Baca Juga: PPATK Bisa Dilibatkan Usut Testimoni Freddy Budiman
Selain itu, Untung mengemukakan, Freddy sudah melakukan taubat nasuha. Selama di penjara, jelang eksekusi, terpidana mati atas kepemilikannya narkoba jenis ekstasi yang didatangkan dari China sebanyak 1,4 ton tersebut menyerahkan diri kepada Allah.
"Ia mengaku sudah siap untuk menghadapi eksekusi mati," ucapnya.
Meski begitu, dia mengaku tidak mengetahui pasti eksekusi mati akan dilaksanakan. "Ya itu belum ada pemberitahuan dari kejaksaan," ujarnya.
Baca Juga: Jokowi Perintahkan Kesaksian Freddy Budiman Dibongkar
Selain permintaan terakhir, Freddy Budiman juga meminta maaf kepada rakyat dan pemerintah Indonesia. "Beliau juga meminta maaf kepada seluruh warga Indonesia dan mengapresiasi Jaksa Agung Prasetyo," ucapnya. (tic/mer/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News