RI Impor Ratusan Ribu Ton Tembakau

RI Impor Ratusan Ribu Ton Tembakau

JEMBER, BANGSAONLINE.com - Meskipun Indonesia merupakan negara penghasil tembakau, dan masuk lima besar sebagai produsen tembakau, namun negara ini belum bisa memenuhi kebutuhan tembakau yang ada di dalam negeri. Tak tanggung tanggung, kekurangan pasokan untuk dalam negeri sendiri mencapai ratusan ribu ton setiap tahun.

“Perlu diketahui dalam lima tahun terakhir, produksi tembakau dalam negeri selalu di bawah 200 ribu ton. Sementara permintaan tembakau, berkisar antara 320 ribu ton per tahun. Jadi masih ada kekurangan sekitar 120 ribu ton,” jelas Regulatory Affairs, International Trade and Communication PT HM. Sampoerna, Elvira Lianita kepada wartawan dalam media visit ke sejumlah petani tembakau di Jember, Minggu (31/7).

Baca Juga: Komitmen Wujudkan Hilirisasi Dalam Negeri, Antam Borong 30 Ton Emas Batangan Freeport

Lebih lanjut Elvira,menjelaskan, kekurangan pasokan tembakau dilatar belakangi oleh beberapa faktor. Di antaranya, keterbatasan modal, teknik pertanian yang tidak efisien, serta kurangnya dukungan teknis dan infrastruktur pertanian. Ditambah lagi, minimnya akses pasar secara langsung oleh petani, sehingga mengurangi keuntungan yang diterima petani.

“Petani tembakau di indonesia rata rata masih menggunakan cara cara tradisional. Selain itu kurangnya dukungan,seperti infrastruktur yang kurang memadai, kondisi iklim yang tidak menentu, sehingga sistem tata niaga yang tidak efisien. Ini yang menjadi penyebab utama masih kurang maksimalnya produktifitas tembakau dalam negeri,” katanya.

Untuk mengatasi hal tersebut, dalam beberapa tahun terakhir PT HM Sampoerna telah melakukan kemitraan dengan sejumlah petani tembakau yang ada di Indonesia. Program kemitraan ini diberi nama Integrated Production System (IPS), atau yang lebih dikenal dengan Sistem Produksi Terintegrasi.

Baca Juga: Paguyuban Petani Tembakau se-Madura Siap Menangkan Khofifah-Emil dengan Suara 90 Persen

IPS dijalankan melalui kontrak kerjasama. Melalui pola ini, para petani mendapatkan pendampingan pertanian, akses permodalan, sarana dan prasarana permodalan, serta jaminan akses pasar. Mereka juga mendapat informasi dan bimbingan mengenai praktik pertanian tembakau yang baik.

“IPS didasari prinsip saling menguntungkan. Melalui program ini, Sampoerna sebagai perusahaan bisa mendapatkan jaminan pasokan tembakau yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan. Sementara para petani, juga mendapat jaminan bahwa tembakau yang mereka tanam akan diserap seluruhnya dan akan dibayarkan dengan harga yang disepakati,” terang Elvira.

Program IPS ini, lanjut Elvira, telah dijalankan PT HM Sampoerna sejak tahun 2009 di beberapa sentra penanaman tembakau, termasuk di Jember. Sampai saat ini, sekitar 27 ribu petani telah bergabung dalam sistem IPS untuk menggarap lahan tembakau seluas lebih dari 22 ribu hektar.

Baca Juga: Ratusan Kelompok Tani Tembakau di Blitar Dapat Bantuan Alat Senilai Rp2 Miliar dari DBHCHT

“Pembelian daun tembakau juga meningkat secara signifikan, di mana 12 persen pada tahun 2011, menjadi 70 persen pada tahun 2015,” kata Elvira.

Salah seorang petani tembakau asal desa/kecamatan Sukowono, Jember, Sunaryo, mengaku sangat terbantu dengan program IPS tersebut. Dengan bergabung dalam program kemitraan ini, dia mendapatkan sejumlah keuntungan. Terutama adalah dalam permodalan dan pendampingan.

“Kita jadi bisa tahu bagaimanan menanam tembakau dengan cara modern yang lebih efektif dan efisien. Efektif dari sisi waktu dan efisien dari segi modal yang harus dikeluarkan. Hasilnya bisa melebihi dari sebelumnya,” katanya.

Baca Juga: Fungsi Kalkulator Forex Lanjutan: Melampaui Perhitungan Dasar

Menurut Sunaryo, sebelum bermitra dengan Sampoerna, biasanya dia hanya mampu mengahsilkan tembakau 1 ton dalam setiap hektar. Setelah bermitra, hasil tembakaunya bisa meningkat menjadi 1,5 ton setiap hektar. “Bahkan pernah mencapai dua ton,” Ungkapnya.

Yang lebih membuatnya tenang, adalah adanya jaminan pembelian hasil tembakau, sehingga tidak lagi menjadi korban para tengkulak yang biasanya membeli dengan harga murah.

“Contohnya waktu ada bencana Gunung Raung. Banyak yang pedagang atau perusahaan yang tidak mau membeli tembakau petani karena terkena abu Gunung Raung. Tapi punya saya tetap dibeli Sampoerna karena sebelumnya sudah bermitra,” pungkasnya. (yud/rus)

Baca Juga: Freeport Dukung Transformasi Era Society 5.0 di 36 Sekolah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'SNG Cargo: Warna Baru Industri Logistik di Indonesia':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO