Serangan Hama Wereng di Jombang Meluas, Petani Berharap Ada Tindakan dari Disperta

Serangan Hama Wereng di Jombang Meluas, Petani Berharap Ada Tindakan dari Disperta Petani melakukan penyemperotan ke tanaman padi agar hama tidak semakin meluas. foto: RONY S/ BANGSAONLINE

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Serangan hama wereng di Kabupaten Jombang semakin meluas. Jika sebelumnya hama wereng batang cokelat menyerang Kecamatan Bareng, hingga Mojowarno, kini hama tersebut juga menyerang Kecamatan Kesamben, Rabu (10/08). Akibatnya, puluhan hektar sawah di Desa Jombatan, Carangrejo, serta Kedungbetik terancam gagal panen. Petani pun diperkirakan merugi puluhan juta.

Iksan, salah satu petani mengatakan penyerangan hama wereng begitu cepat. Semula hanya menyerang di beberapa petak sawah milik petani. Kini meluas hingga lebih dari 40 hektar sawah. ’’Bisa saja lebih, karena menyerangnya sangat cepat,’’ kata Iksan, di sekitar sawah.

Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Launching Beras 'Jatim Cettar' Melalui Korporasi Petani di Jombang

Menurut Iksan rata-rata hama wereng menyerang tanaman padi ketika sudah berumur sekitar 75 hari. Padi yang saat itu tinggal menunggu waktu panen justru bulirnya berubah warna kecokelatan alias mengering. ’’Menghisap sari pati yang ada di batang, kemudian batang dan bulir padi mengering,’’ tuturnya.

Penyebaran hama wereng masih menurut Iksan cukup ganas. Dari luasan sekitar 1 hektare tanaman padi, sekitar 30 persen di antaranya sudah mulai mengering. Hasil panen tahun ini dipastikan menurun. Lebih dari itu, jika tidak segera ditanggulangi, petani terancam gagal panen. ’’Mau tidak mau harus dilakukan penyemperotan. Jika tidak, maka dampaknya akan semakin luas,’’ bebernya.

Berdasarkan pengamatan Iksan, hama wereng batang cokelat rata-rata menyerang tanaman di waktu sore hari. ’’Kalau sore, hama biasanya keluar semua,’’ terang Iksan. Karena itu, ia memilih penyemperotan pada sore hari.

Baca Juga: Sulit Dapatkan Solar Bersubsidi, Petani Jombang Unjuk Rasa

Hingga saat ini kata Iksan belum ada tindakan dari dinas terkait. Para petani hanya dapat melakukan pengendalian saja. Bahkan, petugas PPL yang ada di desa setempat tak pernah melakukan pantauan ataupun sosialisasi. ’’Jadi sementara pengendalian bukan pencegahan maupun membasmi,’’ sahut Kasiyanto, petani lainnya.

Bahkan menurut Kasiyanto jika dalam kurun waktu seminggu tak ada tindakan dari dinas, dikhawatirkan penyebaran hama semakin meluas, sehingga kerugian petani semakin besar. ’’Kalau normal biasanya per-hektar dapat 7 ton atau sekitar Rp 28 juta. Tapi, kalau sudah kena hama, mungkin separoh kerugian sekitar Rp 15 juta sana. Kalau gagal panen, bisa saja minus,’’ pungkasnya.

Seperti diketahui, terjadinya fenomena La Nina tahun ini berdampak hingga ke pertanian. Persebaran hama diperkirakan cukup banyak. Ini setelah adanya kemarau basah notabene menjadi peledakkan hama wereng batang cokelat. (ony/rev)

Baca Juga: Amankan Sektor Pangan, GPK Jombang Bantu Petani Gropyokan Tikus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO