BANYUMAS, BANGSAONLINE.com - Pebulutangkis asal Banyumas Tontowi Ahmad yang berpasangan dengan Liliyana Natsir memberi kado indah di hari kemerdekaan Indonesia. Pasangan ganda campuran tersebut menyabet emas Olimpiade 2016 setelah mengalahkan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying 21-14 dan 21-12.
Menurut ayah Tontowi, Muhammad Husni mengubah ritualnya. "Sebelum partai ini, saya yang penting mendoakan, saat Owi main, saya selalu khusyu berdoa. Malah jarang nonton pertandingannya. Kalau nonton pun tidak full. Tapi pada final Olimpiade 2016 ini, saya memaksakan diri untuk nonton. Nyong ngadek ngarep TV," kata Husni pada Bangsaonline (18/8) di kediamannya di Desa Selandaka, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas.
Baca Juga: PWI Jatim Gelar Baksos dan Eksibisi Bulutangkis di Kediri
Dia sangat bersyukur anaknya bisa mendapatkan medali emas olimpiade berpasangan dangan Liliyana Natsir, telepon Husni pun mendadak berdering. "Dari Owi," katanya.
Tak lama Husni menerima telepon. "Owi cuma bilang. 'hallo... pak, Owi menang...arep munggah panggung'. Sudah bilang itu saja, terus telepon ditutup," kata Husni.
Sementara itu, masuknya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir ke final Olimpiade 2016 berimbas pada euforia di Desa Selandaka, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Maklum saja, Selandaka adalah desa asal Tontowi Ahmad.
Baca Juga: 1.400 Siswa-Siswi Tsanawiyah dan SMP Jawa Timur Ikut Kompetisi Sains di Amanatul Ummah
Euforia itu terlihat di Balai Desa Selandaka. Sebanyak 50 orang nonton bareng final Olimpade cabang bulutangkis ganda campuran, Rabu (17/8) malam sampai Kamis (18/8) dinihari. Malam yang dingin tak menyurutkan warga untuk mendukung Tontowi/Liliyana.
Sorak-sorai bergema jika Tontowi/Liliyana mendapatkan poin. "Ini yang menonton adalah warga sini dan mahasiswa yang KKN di Selandaka. Semua antusias melihat aksi Tontowi/Liliyana," kata Kepala Desa Selandaka, Mughofir pada Bangsaonline. Mereka menyorakkan yel-yel, Indonesia! Selandaka!
ini adalah kali pertama nonton bareng di balai desa. "Sebelumnya, kalau nonton bareng partai Tontowi di halaman rumahnya Tontowi," ujarnya.
Baca Juga: Kepala Dispora Bangkalan Apresiasi Lomba Bulutangkis yang Digelar PGRI
Sekadar diketahui, Tontowi memang asli Kemranjen. Dia menghabiskan masa kecil di Selandaka.
Begitu pasangan Owi/Liliyana mampu mengalahkan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, kegembiraan luar biasa terlihat. "Saya bangga putra Selandaka bisa mempersembahkan emas untuk Indonesia, 71 tahun Indonesia merdeka, emas emas Olimpiade tekan Selandaka," kata Mughofir.
dalam pertandingannya, di set pertama, Owi/Liliyana bermain cepat. Setiap kesempatan mendapatkan poin dimaksimalkan sebaik mungkin. Bahkan, Owi/Liliyana mampu saling menutupi. Sementara pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying kewalahan.
Baca Juga: Buka Kejuaraan Bulutangkis, Bupati Sumenep Berharap Lahirkan Atlet Berprestasi
saat Owi/Liliyana sampai di poin 15, pasangan Malaysia mulai memperpendek jarak. Dari poin 8, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying menambah sampai poin 10. Tapi, itu hanya bertahan sementara karena setelahnya Owi/Liliyana terus melaju.
Tanpa hambatan, Owi/Liliyana bisa sampai pada poin 18. Set pertama berakhir 21-14 untuk Owi/Liliyana. Di awal set kedua, pertandingan lebih ketat. Sebab, kedua pasangan bergantian mendapatkan poin. Kedudukan pun sempat 2-3, untuk Owi/Liliyana.
Jarak kedua pasangan tak terlalu jauh. Jika Owi/Liliyana menambah poin, maka pasangan Malaysia juga melakukan hal serupa. Bahkan kedudukan pun sempat 10-9 masih untuk keunggulan Owi/Liliyana. Namun, setelahnya Owi/Liliyana ngebut menambah poin. Sampai kemudian set kedua berakhir 21-12 untuk Owi/Liliyana.
Baca Juga: Ratusan Atlet Bulutangkis Ikuti Kejuraan Kota PBSI dan Kapolres Cup Kota Batu 2022
Keberhasilan Owi/Liliyana mengembalikan tradisi emas Indonesia di olimpiade. Sebelumnya, pada Olimpiade 2012, tradisi emas berhenti setelah kontingen Indonesia hanya mendapatkan 1 perak dan 1 perunggu.
Tradisi emas pertama kali bagi kontingen Indonesia terjadi pada 1992. Saat itu pebulutangkis Susi Susanti dan Allan Budikusuma mendapatkan medali emas. Kemudian pada Olimpiade 1996 pasangan Rexy Mainaky/Ricki Subagja mendapatkan emas dari cabang bulutangkis untuk ganda putra.
Pada Olimpiade 2000 Indonesia mendapatkan emas dari pasangan Candra Wijaya/Tony Gunawan memberikan medali emas cabang bulutangkis ganda putra. Pada Olimpiade 2004, Taufik Hidayat menyabet emas dari cabang bulutangkis tunggal putra. Pada Olimpiade 2008, Markis Kido/Hendra Setiawan mendapatkan medali emas cabang bulutangkis ganda putra. Pada 2012, Indonesia gagal mendapatkan emas. (bym1)
Baca Juga: PKB Bangkalan Gelar Turnamen Bulutangkis PKB Cup
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News