SURABAYA, BANGSAONLINE.COM - Bicara Pacitan 15 tahun lalu sangat jauh berbeda dengan saat ini. Saat itu, Pacitan jarang terdengar gaungnya. Kalaupun ada, konotasinya cenderung negatif, seperti daerah tertinggal, terpencil atau kota mati. Fakta itu diakui Bupati Pacitan, Indartato. Putra asli Pacitan yang kembali dipercaya rakyat memimpin Pacitan untuk periode yang kedua itu mengisahkan pengalaman pribadinya.
Katanya, dahulu bila kita naik bus kota, kalau ditanya turun di mana pasti ngakunya turun di Ponorogo atau Solo. Jarang yang jujur bicara kalau turun di Pacitan. Mereka seperti minder kalau mengaku sebagai orang Pacitan. Sebaliknya, lebih bangga menyebut diri sebagai orang Ponorogo atau Solo.
Baca Juga: Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4
“Ini asli, fakta sekaligus pengalaman pribadi. 15 tahun lalu orang Pacitan lebih bangga mengaku sebagai orang Ponorogo atau Solo. Namun sejak Pak SBY jadi Presiden, orang Pacitan tidak minder lagi. Mereka justru bangga berasal dari daerah yang sama dengan Pak SBY. Bisa dibilang, Pak SBY itu Duta Kabupaten Pacitan,” tutur Indartarto, saat memberi sambutan dalam pembukaan Asians Surfing Championships, beberapa waktu lalu.
Ya, situasi berubah setelah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang notabene adalah putra asli Pacitan terpilih sebagai Presiden RI ke-6 pada pemilihan presiden tahun 2004. Bahkan SBY yang lahir di Dusun Tremas, Desa Arjosari itu menjabat Presiden hingga dua periode karena terpilih kembali pada pilpres tahun 2009.
Sejak SBY menjadi orang nomor satu di negeri ini, secara otomatis mengangkat pamor kabupaten yang merupakan tempat kelahiran SBY hingga menjalani masa remaja. Orang Pacitan pun sejak itu bangga menyebut dirinya orang Pacitan, lahir dan besar di Pacitan. Termasuk mereka yang merantau di kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. Ketika mereka pulang kampung jelang lebaran, mereka pun dengan bangga menyebut akan pulang kampung ke Pacitan. Bukan Ponorogo apalagi Solo.
Baca Juga: Istri Kades di Pacitan Ngaku Dijambret dan Kehilangan Uang Rp14 Juta, Ternyata...
Kita melihat sendiri bagaimana kecintaan masyarakat Pacitan pada sosok SBY. Bahkan pada saat ajang Asians Surfing Championships (ASC) 2016 etape ke-5 yang berlangsung di Pantai Pancer Door, Pacitan. Dengan iming-iming dibuka oleh SBY, ajang adu selancar itu pun berhasil menarik minat belasan peselancar dari mancanegara. Bahkan peselancar dari belahan dunia yang nun di sana seperti Brazil turut hadir.
Magnet SBY tidak memudar meskipun ia tidak lagi menjadi orang nomor satu di negeri ini. Hal itu terlihat dalam perhelatan ASC 2016, ratusan spanduk selamat datang bertebaran di setiap sudut kabupaten Pacitan. Bahkan mereka dengan bangga menyebut SBY sebagai Tokoh Internasional. Spanduk itu ada yang atas nama satuan kerja perangkat daerah (SKPD) tapi tak sedikit juga yang atas nama warga seperti Karang Taruna ataupun pengurus lingkungan setempat seperti Desa atau RT/RW.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Pacitan, Wasi Prayitno mengungkapkan sejak SBY menjadi Presiden secara otomatis mengangkat nama kabupaten Pacitan. Kabupaten yang terletak diujung sebelah barat Provinsi Jawa Timur seketika menjadi terkenal.
Baca Juga: Haduh! Sapi Milik Warga Pacitan ‘Nyangkut’ di Atap Rumah
Kunjungan wisatawan pun terus meningkat, di tahun 2012 jumlah kunjungan wisatawan mencapai 300 ribu orang. Pada tahun 2014 sudah mencapai 1, 5 juta orang, dan yang menggembirakan sampai Juli tahun 2016, wisatawan yang tercatat berkunjung ke Pacitan telah mencapai 1,4 juta orang. Tingginya angka kunjungan wisata itu otomatis mendokrak pendapatan asli daerah (PAD), paling tidak dari karcis masuk ke daerah wisata.
Sejatinya, Pacitan ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah. Tak salah kalau pemerintah kabupaten Pacitan mendeklarasikan Pacitan sebagai Paradise of Java tapi kendala. Namun alam juga menjadi hambatan. Hamparan gunung seolah membentengi kabupaten ini hingga seperti terisolir. Selain itu, jarak antara ibukota provinsi dengan Pacitan sangat jauh, bisa menghabiskan waktu 9 jam lamanya.
“Orang akan berpikir dua kali ke Pacitan begitu tahu jarak tempuh dan lamanya perjalanan dari Surabaya. Kecuali mereka yang masih muda dan berjiwa petualang,” terang Wasi.
Baca Juga: Dalam Sehari, 2 Warga Pacitan Gantung Diri
Sejatinya ada harapan untuk membuka akses Pacitan lewat darat, dengan pembangunan jalur lintas selatan (JLS). Sementara akses udara lewat pembangunan bandara di Tulungagung. Tapi semuanya butuh waktu. Apalagi saat ini pemerintah pusat sedang defisit anggaran. Bisa jadi dua proyek infrastruktur pusat itu bakal molor dari rencana.
Tapi kendala itu dijawab oleh Dinas Pariwisata setempat dengan kerja nyata. Terbukti, Pacitan memiliki aplikasi mobile pariwisata yang diberi nama Go Pacitan. Dari sini kita bisa tahu hotel, penginapan, obyek wisata, tempat kuliner sampai belanja oleh-oleh di wilayah kabupaten Pacitan. Dengan begitu, informasi sekitar wisata Pacitan dalam genggaman.
“Pacitan ini kaya obyek wisata, dari pantai, gunung, goa, sampai wisata sejarah dan purbakala, semua ada. Tapi ikon Pacitan tetap Pak SBY, beliau bak duta pariwisata kami. Beruntung Pacitan punya Pak SBY,” celetuk Wasi. (mdr)
Baca Juga: Pacitan Sat Set Bangun Indonesia: Jalan Sehat dan Hiburan untuk Membangun Bangsa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News