JOMBANG, BANGSAONLINE.com - KH Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah), Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur terus melakukan terobosan terutama untuk pengembangan pendidikan pesantren.
Setelah sukses membangun infrastruktur dan sistem pendidikan Tebuireng kini cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari itu berupaya mengembangkan sistem pembentukan karakter para santri. ”Kekuatan pesantren ada pada pembinaan akhlak atau karakter santri di pondok,” kata Gus Solah, Rabu malam (7/9/2016).
Baca Juga: Haul Gus Dur di Tebuireng, Nurani Gus Dur Terasah di Pesantren
Kepada bangsaonline.com, adik kandung presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu bercerita tentang upayanya selama ini mencaripembina santri yang baik namun sulit ditemukan.
”Setelah pusing mencari Pembina yang baik, tahun lalu saya punya ide membuat diklat (pendidikan dan latihan) kader pesantren,” tutur insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Gus Solah serius sekali untuk membangun karakter santri ini. Buktinya, ia membangun gedung senilai Rp 1,5 miliar untuk sarana diklat kader pesantren ini.
Baca Juga: Ning Inayah Wahid Sebut Gus Dur Selalu Bela Orang Lemah, Yakin Menolak Kenaikan PPN 12 %
Gus Solah kemudian menyusun kurikulum khusus selama 6 hingga 7 bulan. Kurikulum ini ketat karena menyangkut kedisiplinan santri juga.”Dimulai dengan latihan militer,” katanya.
Agar latihan kader pesantren di Tebuireng ini efektif dan aplikatif, maka sistemnya dibuat perpaduan antara teori dan praktik. ”Dua bulan di ruang kelas. Satu bulan lagi magang di berbagai pesantren. Seperti di pesantren Sidogiri Pasuruan, Pesantren Gontor Ponorogo, Pesantren Ploso Kediri dan sebagainya,” ceritanya.
Lalu yang satu bulan lagi secara khusus membahas hasil magang, fokus pada pembinaan karakter.
Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan
Gus Solah mengungkapkan bahwa diklat kader pesantren tersebut sudah berjalan efektif sejak Februari-Mei 2016.”Pagi ini sampai Desember angkatan ke-2,” tutur mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesa (PMII) itu.
Biaya untuk diklat kader pesantren ini cukup besar. ”Satu angkatan biayanya sekitar Rp 175 juta,” tutur mantan ketua PBNU dua periode itu. Tentu ini ditanggung pesanren Tebuireng.
Siapa pesertanya? ”Mahasiswa semester 8 sampai 9 dari Ma’had Aly dan Unhasy atau yang baru tamat,” tutur Gus Solah. Unhasy adalah Universitas Hasyim Asy’ari di bawah naungan Pesantren Tebuireng.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asyari: Pemersatu Umat Islam Indonesia, Khofifah: Dahysat Secara Substansi
Sedang Ma’had Aly adalah lembaga pendidikan tinggi di pesantren Tebuireng yang materi pelajarannya khusus ilmu agama tingkat tinggi. Ma’had Aly ini khusus mencetak kiai atau intelektual muslim dengan penguasaan kitab-kitab kuning secara mumpuni. (ma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News