Terobosan Gus Solah, Bangun Karakter Santri Lewat Latihan Militer di Diklat Kader Pesantren

Terobosan Gus Solah, Bangun Karakter Santri Lewat Latihan Militer di Diklat Kader Pesantren

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - KH Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah), Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur terus melakukan terobosan terutama untuk pengembangan pendidikan .

Setelah sukses membangun infrastruktur dan sistem pendidikan Tebuireng kini cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari itu berupaya mengembangkan sistem pembentukan karakter para santri. ”Kekuatan ada pada pembinaan akhlak atau karakter santri di pondok,” kata Gus Solah, Rabu malam (7/9/2016).

Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng

Kepada bangsaonline.com, adik kandung presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu bercerita tentang upayanya selama ini mencaripembina santri yang baik namun sulit ditemukan.

”Setelah pusing mencari Pembina yang baik, tahun lalu saya punya ide membuat diklat (pendidikan dan latihan) kader ,” tutur insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Gus Solah serius sekali untuk membangun karakter santri ini. Buktinya, ia membangun gedung senilai Rp 1,5 miliar untuk sarana diklat kader ini.

Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat

Gus Solah kemudian menyusun kurikulum khusus selama 6 hingga 7 bulan. Kurikulum ini ketat karena menyangkut kedisiplinan santri juga.”Dimulai dengan latihan militer,” katanya.

Agar latihan kader di Tebuireng ini efektif dan aplikatif, maka sistemnya dibuat perpaduan antara teori dan praktik. ”Dua bulan di ruang kelas. Satu bulan lagi magang di berbagai . Seperti di Sidogiri Pasuruan, Pesantren Gontor Ponorogo, Pesantren Ploso Kediri dan sebagainya,” ceritanya.

Lalu yang satu bulan lagi secara khusus membahas hasil magang, fokus pada pembinaan karakter.

Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama

Gus Solah mengungkapkan bahwa diklat kader tersebut sudah berjalan efektif sejak Februari-Mei 2016.”Pagi ini sampai Desember angkatan ke-2,” tutur mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesa (PMII) itu.

Biaya untuk diklat kader ini cukup besar. ”Satu angkatan biayanya sekitar Rp 175 juta,” tutur mantan ketua PBNU dua periode itu. Tentu ini ditanggung pesanren Tebuireng.

Siapa pesertanya? ”Mahasiswa semester 8 sampai 9 dari Ma’had Aly dan Unhasy atau yang baru tamat,” tutur Gus Solah. Unhasy adalah Universitas Hasyim Asy’ari di bawah naungan Pesantren Tebuireng.

Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu

Sedang Ma’had Aly adalah lembaga pendidikan tinggi di Tebuireng yang materi pelajarannya khusus ilmu agama tingkat tinggi. Ma’had Aly ini khusus mencetak kiai atau intelektual muslim dengan penguasaan kitab-kitab kuning secara mumpuni. (ma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO