Kemarau Basah Picu Petani Kehutanan Kembangkan Luas Area Tanam

Kemarau Basah Picu Petani Kehutanan Kembangkan Luas Area Tanam Wardoyo

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Bukan hanya petani padi yang diuntungkan seiring munculnya badai La Nina yang berdampak terjadinya musim kemarau basah. Namun petani kehutanan, juga ikut diuntungkan dengan fenomena tersebut.

Kabid Kehutanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Pacitan, Wardoyo, mengatakan, bukan hanya tanaman pangan yang diminati petani saat musim seperti ini, tanaman kehutanan juga menjadi primadona petani di Pacitan. 

Baca Juga: Alokasi Pupuk Bersubsidi Menurun, Disperta Susun Strategi untuk Penuhi Ketersediaan

"Para petani kehutanan juga kian semangat seiring datangnya musim kemarau basah, sebagai dampak terjadinya badai La Nina di perairan Pantai Selatan," ujar Wardoyo, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (13/9).

Dia mengungkapkan, selain musim yang sangat mendukung, pangsa pasar terhadap tanaman kehutanan, khususnya kayu sengon, juga menjadi stimulus para petani untuk lebih giat lagi mengembangkan lahan pertaniannya. Selain berumur pendek, dan bisa segera dipanen, menanam sengon juga lebih mudah dibanding tanaman kehutanan lainnya. Namun di lain sisi, juga tidak dipungkiri , sebagian dari mereka ada juga yang memilih mengembangkan tanaman pangan. Seperti halnya padi gogo, ‎jagung dan kedelai.

"Fenomena tersebut tidak berpengaruh terhadap luasan hutan hak yang ada di Pacitan. Justru sebaliknya, dengan musim seperti ini, luasan hutan hak di Pacitan semakin berkembang," jelas pejabat eselon IIIB ini pada awak media.

Baca Juga: Drainase Tak Berfungsi, Beberapa Lahan Persawahan Tadah Hujan di Pacitan Dibiarkan Kering

Lebih lanjut, Wardoyo mengungkapkan, saat ini luasan hutan hak di Pacitan, masih tercatat seluas 75.000'an hektar lebih. Dari luasan tersebut, hutan tanaman sengon tercatat seluas 25.675 hektar. Sedangkan selebihnya merupakan tanaman kehutanan lainnya. Seperti hutan jati seluas 18.495 hektar, hutan akasia seluas 10.790 hektar, dan hutan jabon seluas 1.247 hektar. "Selebihnya hutan dengan tanaman heterogen. Termasuk pohon bambu disinyalir juga semakin luas," tegas dia.

Tanaman bambu, lanjut Wardoyo, saat ini juga dipergunakan sebagai tanaman untuk konservasi wilayah. Sebab tanaman tersebut memang cocok untuk konstruksi penahan erosi. Sedangkan tanaman sengon, diakuinya memang lagi trending. Sebab harga jualnya semakin meningkat. Untuk midle 30 cm keatas, pedagang berani membeli Rp 1.100.000 per meter kubik. Dan diatas 50 cm, bisa laku dikisaran Rp 1.460.000 per meter kubik. "Pemasarannya juga jelas," tukasnya. (yun).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO