JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Film pendek berjudul 'Aku Perlu Tahu' yang menceritakan tentang kebutuhan pengetahuan kesehatan reproduksi bagi kaum difabel berhasil masuk lima besar kompetisi Eagle Awards Documentary. Film berdurasi 00:23:14 itu merupakan karya Mufti Rasyid (29), warga Desa Cukir, Kecamatan Diwek dan Fery Sriafandi (26), warga Jln. Pondok Hidayah, Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.
Melalui film tersebut, kedua pemuda asal kota santri ini bercerita tentang Ahmad Fathul Iman (26), seorang guru SMA-LB Muhammadiyah Jombang beserta siswinya, Iris Sofiyya (18), seorang penyandang tuna rungu - tuna wicara. Dengan segala tantangan yang dihadapi Iman berusaha dengan segala cara kreatifnya untuk meningkatkan pamahaman para siswa difabel tentang kesehatan reproduksi.
Baca Juga: Banjir di Jombang Tak Kunjung Surut, Jumlah Pengungsi Bertambah
"Tentunya di sini Iman tidak bekerja sendiri. Dibantu dengan Iris dan beberapa pihak lainnya, Iman berusaha memberikan pemahaman yang benar tentang kesehatan reproduksi pada kaum difabel. Sebagai sesama warga negara, kaum difabel berhak mendapatkan pengetahuan yang sama dalam segala hal, termasuk juga dalam bidang kesehatan repoduksi," ujar Fery Sriafandi, salah satu pembuat film dalam keterangannya kepada Bangsaonline, Minggu (23/10).
Menurutnya, selama ini para siswa difabel memiliki pengetahuan yang kurang tentang masalah reproduksi, hal ini berdampak pada rentannya mereka terhadap beberapa penyakit alat reproduksi serta tindakan kekerasan seksual. Data-data yang ada menunjukkan anak-anak difabel memiliki resiko kekerasan seksual yang lebih tinggi dibandingkan anak normal.
"Hebatnya, di Jombang ternyata ada SMA-LB yang mengajarkan materi kesehatan reproduksi pada siswa difabel. Sedangkan itu tidak ada dalam kurikulum Diknas," jelasnya.
Baca Juga: Kejagung Tangani Kasus Dugaan Oknum Jaksa Terima Suap di Jombang
Fery mengatakan, melalui film yang dikerjakan sekitar dua Bulan itu, dirinya dan Rosyid ingin mengajak masyarakat untuk melindungi kaum difabel. Memberi hak yang setara, ditemani dan diberi kesempatan seperti halnya masyarakat yang normal.
"Dengan melihat film ini semoga masyarakat tidak lagi memandang kaum difabel dengan sebelahmata dan bersama untuk mengayomi mereka dari tindak kekerasan seksual," pungkasnya. (rom/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News