Oleh: M. Mas'ud Adnan
SECARA mengejutkan Donald Trump (70 tahun) terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45. Padahal hampir semua survei di AS mengunggulkan Hillary Clinton (67 tahun), kandidat presiden dari Partai Demokrat.
Baca Juga: Suriah Kini, Mengulang Tragedi Penghancuran Irak dan Libya
Yang pasti, pria “urakan” kelahiran 14 Juni 1946 dari partai Republik itu bukan saja telah ”mengacaukan” studi akademik tentang survei tapi juga kepemimpinan dalam kategori usia.
Padahal 8 tahun lalu pengamat dan publik - termasuk di AS - sempat euforia dengan tampilnya Barack Obama sebagai presiden muda AS yang terpilih pada usia 47 tahun. Saat itu banyak prediksi bahwa ke depan negara-negara di dunia akan dipimpin tokoh muda. Alasannya, AS sebagai kiblat demokrasi bakal menginspirasi dunia. Padahal sejatinya AS pernah dipimpin presiden tertua, Ronald Wilson Reagan yang terpilih pada usia 69 tahun pada 1981. Reagan bahkan menjabat presiden AS hingga 1989 (dua periode) yang berarti sampai usia 77 tahun.
Kini fenomena tampilnya pemimpin tua tidak hanya terjadi di AS. Negara-negara Afrika, Asia dan bahkan Eropa kini juga dipimpin presiden tua.
Baca Juga: Pemimpin Psikopat
Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang baru dilantik bulan lalu berusia 71 tahun. Begitu juga Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi yang berkuasa sejak 2014 berusia 89 tahun. Bahkan Presiden Zimbabwe Robert Mugabe kini berusia 91 tahun dan Presiden Kuba Raúl Modesto Castro Ruz kini berusia 85 tahun.
Negara bekas seteru AS yakni Rusia juga dipimpin tokoh tua yaitu Vladimir Putin yang kini berusia 63 tahun.
Ratu Elizabeth II yang jadi kepala Negara Britania Raya kini berusia 90 tahun. Raja Malaysia Abdul Halim sekaligus Sultan Kedah kini berusia 88 tahun. Emir Kuwait Sabah Al Ahmad berusia 85 tahun. Presiden Kamerun Paul Biya berusia 82 tahun.
Baca Juga: Temui Pengusaha di Vietnam, Jokowi Ajak untuk Berinvestasi di IKN
Begitu juga Kaisar Jepang Akihito berusia 82 tahun. Raja Saudi Arabia Salman Bin Abdul Aziz kini berusia 80 tahun. Dan masih banyak lagi presiden berusia di atas 60 tahun di negara-negara lain. Bahkan hampir 70 persen negara-negara di dunia kini dipimpin presiden berusia di atas 60 tahun.
Dalam studi kepemipinan, seorang pemimpin masuk kategori muda jika ia berusia antara 40 sampai 60 tahun. Sebaliknya pemimpin dianggap tua jika ia berusia 60 tahun ke atas.
Karena itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kini berusia 55 tahun masuk kategori pemimpin muda. Begitu juga Barack Obama yang terpilih sebagai presiden AS pada usia 47 tahun masuk kategori pemimpin muda.
Baca Juga: Pengkhianat, Waktumu Sudah Habis
Ironi Pemimpin Muda
Indonesia termasuk negara yang banyak menampilkan pemimpin muda. Tapi para pemimpin muda yang sejatinya sangat potensial itu kadang layu sebelum berkembang. Anas Urbaningrum, misalnya, terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat (PD) pada usia 40 tahun dalam Kongres PD 2010. Pesaingnya, Andi Mallarangeng saat itu berusia 46 tahun. Bahkan Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang didapuk sebagai Sekjen DPP PD saat itu masih berusia 30 tahun.
PKB juga dipimpin politikus muda A Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Saat terpilih sebagai ketua umum DPP PKB dalam Muktamar PKB di Semarang tahun 2005, Cak Imin masih berusia 39 tahun.
Baca Juga: Jaksa Khusus Kasus Dugaan Korupsi Anak Presiden
Begitu juga Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Luthfi Hasan Ishaaq terpilih sebagai presiden PKS pada 2009 saat berusia 47 tahun. PKS kemudian dipimpin Anis Matta yang saat terpilih sebagai Presiden PKS berusia 46 tahun.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga dipimpin tokoh muda Muhammad Romahurmuziy yang kini berusia 41 tahun.
Namun seperti kita saksikan, sejarah partai partai politik yang dipimpin anak muda itu sering mengalami prahara dan tragedi memprihatinkan. Bahkan para politikus muda yang menempati posisi puncak pimpinan di partai banyak terjungkal ke dalam penjara karena terlibat kasus korupsi.
Baca Juga: Hebatnya Jurnalisme The New York Times dalam Tragedi Titan
Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, dan Luthfi Hasan Ishaaq sekedar contoh beberapa politisi muda yang kini mendekam dalam penjara karena kasus korupsi.
Begitu juga beberapa ketua partai lain berusia muda. Meski mereka tak masuk penjara, tapi namanya sering disebut dalam persidangan kasus korupsi. Sedemikian sering sampai muncul adagium politik sarkastis: yang muda yang korupsi, bukan yang muda yang berprestasi.
Alhasil, kategorisasi pemimpin dalam paradigm usia kini sudah tak relevan. Faktanya pragmatisme tak mengenal usia. Memang dulu anak muda identik dengan idealisme. Kini sejarah justru terbalik 180 derajat. Anak-anak muda, baik dalam organisasi sosial maupun keagamaan, apalagi partai politik, banyak yang lebih pragmatis ketimbang generasi tua. Lihat saja para anggota DPR, bupati, gubernur, dan petinggi partai politik, yang ditangkap KPK. Di antara mereka banyak berusia di bawah 50 tahun.
Baca Juga: Korupsi Rp 1 Triliun, Tangan Ketua DPRD Diborgol
Kenapa ini terjadi? Selain karena realitas sosial yang pragmatis juga karena mereka naik sebagai pimpinan – terutama partai politik – dalam kondisi mental dan ekonomi kurang matang. Konsekuensinya, jabatan sering dijadikan komoditas, terutama untuk meraih materi, meski tak halal. Jadi, yang tergambar dalam pikiran mereka hanya “uang dan kekuasaan”. Meminjam istilah Gus Dur, mereka mengalami cultural shock karena mereka yang sebelumnya tak pernah pegang uang banyak lalu pegang uang jutaan bahkan ratusan juta dan miliaran. Tingkahnya pun aneh-aneh.
Beda dengan generasi tua yang secara ekonomi, pengalaman dan mental lebih mapan. Mereka lebih stabil dan bijak karena ditempa pengalaman, meski tak sedikit yang korup dan pragmatis. Yang pasti, faktor pengalaman berpengaruh besar dalam membangun sikap mental dan prilaku politik sebagai pemimpin.
Jadi, problem pemimpin saat ini bukan usia muda dan tua. Tapi pragmatisme, moralitas (akhlak) dan kematangan mental, disamping kapasitas dan profesionalitas. Usia boleh tua, tapi tubuh tetap sehat, dan jiwa penuh vitalitas dengan pondasi akhlaqul karimah. Wallahua’lam bisshawab.
Baca Juga: Donald Trump Punya Bakat Provokator Sejak Muda, Lima Anak Tak Bersalah Dipenjara
M Mas'ud Adnan adalah direktur HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com serta alumnus Pondok Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News