JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Djarot Syaiful Hidayat, Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta medapatkan pertanyaan tentang alasannya menjadi orang nomor dua di ibu kota saat berdialog langsung dengan santri yang tak lain siswa SMA Pesantren Sains (Trensains) Tebuireng Jombang, Jumat (11/11). Tak hanya itu, Cawagub petahana yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ini juga diminta salah satu santri menjelaskan rencana program pendidikan apa yang akan dijalankan jika terpilih kembali menjadi Wagub DKI Jakarta.
Saat sesi tanya jawab, salah satu santri bernama Fadli asal Jakarta mengacungkan tangan untuk mengajukan pertanyaan. “Pak Djarot, jika bapak terpilih kembali sebagai Wagub Jakarta, program pendidikan apa yang akan dilakukan?,” katanya.
Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan
Menjawab pertanyaan ini, Djarot menjelaskan program yang sudah dijalankan masa pemerintahannya yakni program Jakarta Pintar. Menurutnya, melalui program Jakarta Pintar, warga ibu kota yang tidak mampu membayar biaya sekolah bisa dibantu Pemprov dengan diberikan dana.
“Melalui Jakarta Pintar, tidak boleh ada diskriminasi dalam pendidikan. Antara yang kaya dan miskin harus memilki kesempatan sama untuk belajar,” kata Djarot.
Santri lainnya, Dini asal Bekasi meminta penjelasan kepada politisi PDI-P itu tentang alasannya menjadi Wagub Jakarta. “Bapak kan tidak asli Jakarta, kenapa mau menjadi wakil gubernur di sana? Alasannya apa meninggalkan Jawa Timur?,” ujarnya.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Atas pertanyaan tersebut, Djarot menceritakan bahwa sebelum aktif di pemerintahan, dirinya pernah menjadi guru dan dosen. Mulai masuk dalam pemangku kebijakan sejak menjadi anggota DPRD Jatim. Kemudian menjadi Wali Kota Blitar selama dua periode. Hingga akhirnya ditugaskan mendampingi Ahok menjadi Wagub Jakarta.
“Kenapa saya mau, supaya hidup kita membawa manfaat bagi orang sebanyak-banyaknya. Jakarta ujian sesungguhnya. Kami ingin Jakarta sebagai ibukota Negara dibangun betul, toleran betul, rapi betul, supaya sejajar dengan ibukota negara lain,” paparnya.
Penanya terakhir, seorang santriwati meminta pandangan Djarot mengenai pendidikan di pesantren. “Kalau pandangan bapak tentang pendidikan di pesantren seperti apa?,” singkatnya.
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Bagi Djarot, Pondok pesantren merupakan lembaga yang mendidik pentingnya toleransi. “Bukan hanya diajari toleran, pesantren juga bisa membikin para santri mandiri. Nggak manja. Pondok pesantren tidak hanya mendidik agama, tapi juga budi pekerti,” tandasnya.
Dalam kunjungannya tersebut, Djarot yang didampingi sang istri, Happy Farida serta rombongan diterima langsung Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, KH Salahudin Wahid (Gus Solah) serta jajaran pengasuh lainnya di Aula SMA Trensains Tebuireng di Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. (rom/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News