WASHINGTON, BANGSAONLINE.com - Sistem pendataan warga muslim di Amerika Serikat membangkitkan memori yang sangat menyakitkan bagi kaum Yahudi. Sehingga mereka menolak sistem pendataan muslim yang digagas Presiden Amerika terpilih, Donald Trump. Bahkan tokoh Yahudi terkenal, Jonathan Greenblatt, mengatakan ia akan mendaftarkan dirinya sebagai muslim jika sistem itu dibuat.
"Di hari mereka membuat pendataan muslim, di hari itu juga saya mendaftar sebagai muslim karena keyakinan Yahudi saya, karena komitmen saya kepada nilai-nilai utama Amerika, karena saya ingin negara ini menjadi besar seperti selama ini," kata Greenblatt seperti dikutip dari Independent, 19 November 2016.
Baca Juga: Temui Pengusaha di Vietnam, Jokowi Ajak untuk Berinvestasi di IKN
Greenblatt yang menjabat sebagai Direktur Liga Anti-Pelecehan (ADL) mengatakan kaum Yahudi masih mengenang memori teramat sakit ketika diri mereka diidentifikasi, didata, dan ditandai di masa Nazi Jerman.
Sewaktu kampanye pemilihan Presiden Amerika, Trump dalam sejumlah wawancara mengatakan akan melarang muslim memasuki Amerika. Trump mengatakan akan membuat banyak sistem untuk melacak kaum muslim di seluruh Amerika. "Saya tentu melaksanakannya, pasti," kata Trump.
Apakah sistem pendataan muslim itu mirip seperti sistem database kaum Yahudi di masa Nazi Jerman, Trump berujar: Anda jelaskan ke saya.
Baca Juga: Jaksa Khusus Kasus Dugaan Korupsi Anak Presiden
Namun setelah memenangi pemilihan presiden pada 8 November lalu, Trump dalam pernyataannya membantah akan membuat sistem pendataan orang berdasarkan agama mereka. Namun dua pendukung Trump malah mengangkat isu pendataan muslim pekan lalu, yakni Carl Higbie dan Kris Kobach.
Higbie menekankan sistem pendataan muslim boleh jadi merujuk pada tahanan Jepang saat Perang Dunia Kedua. Adapun Kobach mengungkapkan tim penasihat Trump menggodok rencana membuat pendataan imigram muslim di Amerika. (ind/tic/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News