JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Saat Jam'iyah Seribu Rebana tampil dalam rangka haul ke-7 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di masjid Pesantren Tebuireng, Sabtu (7/12/2017), KH Nurhadi atau lebih dikenal dengan julukan Mbah Bolong menjelaskan, jika ada ulama wafat, maka yang terjadi adalah kegelapan.
"Agar tidak gelap, kita harus tetap belajar menjadi ulama. Tetap meneladani Gus Dur. Sekali ikut Gus Dur, tetap...," ucap Mbah Bolong yang disambut para jamaah dengan koor "ikut Gus Dur".
Baca Juga: Hadratussyaikh Menempatkan Keulamaan di atas Politik, Berwibawa dan Fatwanya Didengar
Kiai muda yang dikenal luas di kalangan muda Jombang ini menuturkan, keberadaan Jam'iyah Seribu Rebana tidak lepas dari Gus Dur. "Seribu rebana ini diadakan pertama kali pada saat peringatan seratus hari (wafatnya) Gus Dur. Kemudian terus diadakan setiap Sabtu malam Ahad Wage," tuturnya.
Sementara itu, wakil pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) dalam sambutannya mengapresiasi anak-anak muda yang tergabung dalam Jam'iyah Seribu Rebana.
"Shalawatan seperti ini, bisa menjadi media untuk hubungan vertikal kita kepada Allah (hablun minallah), sekaligus hubungan horiontal kepada sesama manusia (hablun minannas)," tutur Gus Kikin.
Baca Juga: Inilah Perbedaan Gus Dur dan Jokowi soal Konstitusi dan Keluarga
"Semoga shalawatan seperti Seribu Rebana ini tidak hanya ada di Jombang. Tapi juga di seluruh Indonesia," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News