BLITAR, BANGSAONLINE.com - Akibat anjloknya harga telur sejak Desember tahun lalu, membuat para peternak di kabupaten Blitar resah. Akibatnya, saat ini para peternak memboikot empat produk pakan ternak. Hal itu dilakukan karena produsen pakan yang selama ini menyuplai kebutuhan pakan para peternak disinyalir juga menggelontorkan telur tunas (telur calon bibit ayam) ke pasar tradisional dengan harga lebih murah, di kisaran Rp 4000 per kilogram.
Suwandi (41) peternak ayam didusun Tumpakpuri, desa Sumberrejo, kecamatan Kademangan, kabupaten Blitar mengatakan akibat produsen pakan yang juga menjual telur tunas, membuat harga telur dari peternak anjlok. Karena selain harganya murah, juga membuat stok telur di pasaran melimpah. Saat ini harga telur di tingkat peternak di kisaran Rp 13.500/ kg. Sedangkan harga di pasaran masih di kisaran Rp 18.000/kg.
Baca Juga: Terima Jagung dari NTB untuk Kesejahteraan Peternak, Bapanas Puji Kerja Sama Daerah Pemkab Blitar
"Adanya permainan stok telur di tingkat perusahaan besar yang membuat harga telur di tingkat peternak harganya hancur," tutur Suwandi, Rabu (08/03).
Lanjut Suwandi, empat pakan produk pabrikan besar yang diboikot, mereka merupakan perusahaan besar yang diduga memonopoli pembibitan, produksi pakan dan pembesaran Broiler. Namun pada akhirnya hanya satu perusahaan pakan yang hingga sekarang masih diboikot. Karena, setelah dilakukan pertemuan dengan keempat perusahaan pakan tersebut, hanya satu yang terbukti menjual tunas telur ke pasaran.
(BACA JUGA: Protes Harga Telur Anjlok, Peternak di Blitar Bagikan 1 Ton Telur dan Ribuan Ingkung Ayam)
Baca Juga: Komunitas Peternak Ayam Telur Tradisional Curhat Praktik Oligopoli dan Monopoli Perusahaan Besar
"Berdasarkan hasil pertemuan peternak dengan pengusaha pakan di Yogyakarta tanggal 27 Februari kemarin, pihak perusahaan pakan mengakui memang menggelontor telur tunas karena bisnis pembibitan Broiler sangat lesu," paparnya.
Untuk menyiasati pakan ayamnya, peternak menggantinya dengan pakan campuran. Meski kualitasnya tidak terlalu bagus. Dengan komposisi konsentrat 35%, Bekatul 15% dan jagung giling 50% .
"Perubahan pakan ini sedikit banyak berpengaruh pada kualitas dan kuantitas telur," jelasnya.
Baca Juga: Warga Blitar Ciptakan Ramuan Tradisional untuk Sembuhkan PMK Hewan Ternak
Suwandi menambahkan, akibat keadaan tersebut, saat ini ia juga harus mengalami kerugian hingga 1,5 juta per hari. Karena jika dikalkulasikan per seribu ekor ayam saja biaya pakan mencapai Rp 600 ribu per hari. Namun karena harga anjlok, input yang diperoleh peternak hanya Rp 450 ribu per hari. Padahal sebelumnya bisa mencapai Rp 800 ribu per hari.
"Tentu saja hal ini membuat kami rugi karena hasil yang kami dapat tidak sebanding dengan biaya pengeluaran pakan, belum lagi untuk kebutuhan lain," pungkasnya. (blt1/tri/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News