KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Ketua Komunitas Peternak Ayam, Edi Sukirman, mengatakan saat ini industri ternak ayam dan telur sedang tidak baik-baik saja. Para peternak tradisional terpuruk oleh praktik oligopoli, karena bisnis dikuasai oleh beberapa perusahaan besar saja.
"Mereka menguasai bisnis dari hulu sampai hilir, sehingga bisa menentukan harga ayam dan telur secara sepihak," kata Edi Sukirman.
BACA JUGA:
- Pemkab Kediri Salurkan 31.041 Ton Jagung untuk Peternak Ayam Petelur
- Harga Kedelai Meroket, Beberapa Pengrajin Tahu di Kediri Bangkrut
- Pertama di Jawa Timur, Ratusan Peternak di Kabupaten Kediri Beralih ke LPG Non-Subsidi
- Antisipasi Penyebaran PMK, DKPP Kota Kediri Jemput Bola Lakukan Vaksinasi 100 Ekor Sapi
Curhatan itu disampaikan Edi di sela-sela pemberangkatan 70 ton telur ayam ke Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Kamis (8/2/2024) siang.
Telur sebanyak itu merupakan sumbangan Komunitas Peternak Ayam Telur Tradisional Blitar-Kediri untuk acara kampanye akbar Prabowo-Gibran.
Selain melakukan praktik oligopoli, lanjut Edi, perusahaan besar itu juga memonopoli cold storage (gudang pendingin) serta rumah pemotongan hewan (RPH) untuk menciptakan ketergantungan pada peternak tradisional.
Edi mencontohkan, ketika peternak hendak melepas ayamnya karena masuk masa panen, perusahaan besar meminta RPH dan cold storage menolak dengan alasan penuh.
"Sehingga peternak tidak punya pilihan selain menjual ayam dan telur mereka dengan harga murah. Jika dipertahankan, peternak tradisional tidak akan mampu membiayai harga pakan dalam waktu lama. Ayam yang makin gemuk akan susah dijual," terangnya.