Nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini muncul pada survei Indo Barometer. Risma berada pada posisi 7 dari 18 nama yang disimulasikan. Posisi tersebut berada di atas Megawati Soekarnoputri dengan dukungan sebesar 2,0 persen. Sementara pada kolom dukungan terhadap capres dengan pertanyaan terbuka, Risma menyodok di posisi 6 dengan dukungan 2,8% di bawah Ridwan Kamil namun tetap masih berada di atas Megawati Soekarnoputri. Namun pada simulasi 14 nama, nama Tri Rismaharini tidak lagi muncul. Justru nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mencuat di posisi ketiga di bawah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Selain Risma, hasil survei yang beredar di media sosial sejak sore kemarin itu juga memunculkan nama tiga tokoh yang bertarung di Pilgub DKI 2017, yakni Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki T Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan masuk dalam bursa nasional.
Baca Juga: Dukung Pelantikan Jokowi-Ma'ruf Berjalan Aman, Ratusan Warga Sidoarjo Turun ke Jalan
Pada survei 'Evaluasi Publik Dua Setengah Tahun Pemerintahan Jokowi-JK' tersebut, sejumlah tokoh nasional memang masuk dalam pengukuran elektabilitas tokoh untuk Pilpres 2019. Elektabilitas tertinggi masih dipegang oleh Presiden Joko Widodo. Selain Jokowi, juga muncul nama Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, hingga Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Survei nasional Indo Barometer ini dilaksanakan di 34 provinsi pada 4-14 Maret 2017. Dengan jumlah responden 1.200 orang, margin error pada survei tersebut sebesar kurang lebih 3,0%.
Nama Ahok dan Anies muncul saat Indo Barometer mengukur elektabilitas calon presiden di Pilpres 2019 dengan metode top of mind. Dari 9 nama yang ditampilkan, nama Agus tidak masuk untuk metode ini. Elektabilitas Ahok sebesar 8,3%, sementara Anies Baswedan 4,5%
Baca Juga: Dikabarkan Dapat Jatah Menteri, Begini Kata Ketua DPC Gerindra Pacitan
Nama Agus dan Ahok lalu muncul saat Indo Barometer melakukan simulasi 18 nama. Elektabilitas Agus 2,5% sementara Ahok 8,7%. Dari 9 nama yang ditampilkan, nama Anies Baswedan tidak muncul.
Indo Barometer juga melakukan metode simulasi 14 nama untuk Pilpres 2019. Dalam lima besar calon dengan elektabilitas tertinggi, ada nama Agus Harimurti Yudhoyono dengan elektabilitas 2,4%.
Dilansir Detik.com, Partai Demokrat menyatakan kaget dengan masuknya nama Agus di bursa nama untuk mengukur elektabilitas tokoh itu. Apalagi figur yang diusungnya di Pilgub DKI 2017 tersebut disandingkan dengan nama-nama tokoh nasional.
Baca Juga: FPI Punya Divisi Penegakan Khilafah, Plt Ketua PA 212 Ingin Dirikan Negara Khilafah pada 2024
"Agus Yudhoyono tiba-tiba ada di posisi keempat. Ini mengejutkan karena melibatkan pimpinan senior bahkan pimpinan partai," ungkap Jubir Partai Demokrat (PD) Rachland Nashidik menanggapi survei yang dirilis Kamis 23 Maret itu.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari mengatakan, di urutan ketiga, terdapat nama Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
"Basuki Tjahaja Purnama dipilih oleh 8,3 persen responden," ujar Qodari.
Baca Juga: Tidak Ditemukan Pergerakan Massa ke Jakarta Dalam Razia oleh Polres Pamekasan
Sebelumnya ketika Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri memberikan pengarahan kepada relawan Ahok-Djarot di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, para relawan pendukung pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat meneriakkan kata "Jokowi-Ahok" di depan Megawati.
Megawati juga sempat mengatakan bahwa Pilkada DKI 2017 merupakan kunci jika ingin memenangkan Pilkada Serentak 2018. Menurut Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut, Pilkada Serentak 2018 merupakan ajang pemanasan sebelum Pilpres 2019.
“Jadi Jakarta kalau menang, Insya Allah yang lain-lain bisa ngikut juga. 2018 itu persiapan untuk pemilihan presiden lho,” ujar Mega.
Baca Juga: Panglima TNI Dukung Penangguhan Penahanan Mantan Danjen Kopassus Sunarko
Saat itu, teriakan "Jokowi-Ahok" pun tiba-tiba terdengar saling bersahutan selama beberapa detik. Sampai akhinya Mega meminta mereka untuk tenang.
“Ya sudah deh enggak usah teriak-teriak. Kan itu baru 2019. Ya, deh saya tahu lah. Udah pokoknya,” ucap Megawati.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo diketahui memang pernah bersaing ketat dengan Pendiri Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden 2014 yang lalu.
Baca Juga: Karang Taruna Sidoarjo Tolak Kerusuhan Saat Sidang PHPU
Namun secara mengejutkan, beberapa politisi malah mengatakan bahwa di 2019 mendatang bisa jadi kedua tokoh tersebut akan maju dalam satu paket Presiden dan Wakil Presiden.
Keharmonisan keduanya juga tampak dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang beberapa kali melakukan pertemuan dengan mantan pesaingnya di Pilpres 2014 Prabowo Subianto. Hal ini lah yang menguatkan adanya wacana keduanya bakal berpasangan.
Salah satu yang membernarkan wacana tersebut adalah Anggota DPR RI Maruarar Sirait. Ia mengatakan, dalam dunia politik yang dinamis tidak menutup kemungkinan semua skenario terjadi. Bahkan, dia menilai, Jokowi dan Prabowo bisa saja menjadi satu pasangan calon pada pesta demokrasi ke depannya.
Baca Juga: Wagub Emil Hadiri Apel Konsolidasi Operasi Ketupat Semeru 2019
“Dalam politik itu dinamis, kalau mereka (Jokowi-Prabowo) bergabung berdua bisa saja itu terjadi dalam politik,” katanya.
Hal tersebut semakin diperkuat setelah politisi PDI Perjuangan ini melihat hasil survei yang dilakukan oleh Indo Barometer terkait nama-nama kandidat calon Presiden untuk Pilpres mendatang. Karena urutan pertama dan kedua diduduki oleh Jokowi dan Prabowo.
Sedangkan dari simulasi 18 nama, dukung publik terhadap calon presiden 2019 yakni Jokowi (45,6 persen), Prabowo (9,8 persen), Basuki Tjahaja Purnama (8,7 persen), Ridwan Kamil (3,5 persen) dan Agus Harimurti Yudhoyono (2,5 persen).
Baca Juga: Jelang Sidang MK, Ketua MUI Lamongan Minta Semua Pihak Tidak Terpancing Kerusuhan
Maruarar menambahkan, kedua tokoh ini memiliki sikap negarawan yang tinggi. Sebab keduanya dapat memahami kapan waktunya harus bertarung dan bersatu demi kepentingan NKRI.
“Hubungan Jokowi dan Prabowo sangat sportif, tahu kapan bertarung dan bersatu. Dua figur ini punya karakter,” tutupnya.(detik.com/tribunnews.com/merdeka.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News