PONOROGO, BANGSAONLINE.com - Tim SAR gabungan memindahkan posko identifikasi untuk menghindari terjadinya longsor susulan yang berada di sekitar lokasi bencana di Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
“Dengan alasan keamanan, posko dipindah karena khawatir ada longsor susulan,” ujar Koordinator Tim DVI longsor Banaran AKBP Mochammad Ony Swasono di lokasi longsor di Ponorogo, Rabu (5/4).
Baca Juga: Gubernur dan Baznas Jatim Serahkan 22 Huntara hingga Beasiswa untuk Korban Longsor di Ponorogo
Sebelumnya, posko identifikasi berada di Ring 1 lokasi longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, atau di sektor A yang tempatnya di sekitaran puncak.
Poskonya berbentuk tenda darurat yang luasnya sekitar 24 meter persegi dengan peralatan terbatas atau tidak mencukupi untuk proses identifikasi.
Bahkan saat hujan mengguyur, tim harus berada di dalam tenda yang keamanannya kurang terjamin mengingat kondisi di sekitarnya masih berdekatan dengan titik longsor.
Baca Juga: Gubernur Khofifah Salurkan Bantuan untuk Korban Tanah Longsor di Ngebel Ponorogo
Sebanyak tiga jenazah yang di hari kedua dan ketiga ditemukan diidentifikasi di tempat tersebut. Namun karena kondisi fisik jenazah masih bisa dikenali, tim tidak terlalu susah menyimpulkan identitasnya.
Menurut dia, yang menjadi kendala jika posko tetap dipaksakan berada di puncak, selain keamanan adalah fasilitas yang tidak memenuhi syarat.
“Jaringan komunikasi terputus karena sinyal susah dan pendalaman identifikasi terhadap jenazah harus detail sehingga memerlukan jaringan internet. Apalagi jenazah sudah tertimbun tanah beberapa hari yang dari segi fisik sulit dikenali,” ucapnya.
Baca Juga: Tanah Longsor Hantam Rumah Warga di Ponorogo
Karena itulah terhitung sejak hari kelima pencarian, posko identifikasi dipindahkan ke pusat Kecamatan Pulung, tepatnya di samping Puskesmas Pulung, yang jaraknya sekitar 15 kilometer dari Dukuh Tangkil atau titik kejadian.
“Meski agak jauh, tapi lebih efektif dan tugas tim identifikasi berjalan maksimal. Apalagi di sini dekat dengan kantor Kecamatan Pulung maupun Mapolsek Pulung,” kata Kasub Biddokpol Polda Jatim tersebut.
Sementara itu, anggota tim forensik dari Universitas Airlangga Surabaya, Pudji Hardjanto menyambut positif pemindahan posko karena peralatan identifikasi sangat butuh akses, terutama komunikasi dan internet.
Baca Juga: Diguyur Hujan Semalaman, Ponorogo Alami Banjir dan Tanah Longsor di 5 Kecamatan
Mahasiswa S-2 jurusan ahli forensik itu memisalkan alat “Mobile Automatic Multi Biometric Identification System” (Mambis), yaitu alat pengungkap identitas melalui sidik jari yang butuh jaringan internet. “Semoga kinerja tim semakin baik dan kami berusaha semaksimal mungkin untuk membantu mengungkap identitas korban longsor,” kata polisi berpangkat Aiptu tersebut.
Sementara itu, Pemkab Ponorogo akan merelokasi puluhan rumah warga yang hancur akibat bencana tanah longsor.
Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni mengatakan rencananya lokasi relokasi akan dilakukan dengan sistem mandiri, mengingat sebagian warga yang rumahnya hancur telah memiliki lahan lain yang lebih aman.
Baca Juga: Akibat Tanah Longsor, 5 KK di Desa Tugurejo Ponorogo Mengungsi
“Jadi jumlah rumah yang terdampak longsor berjumlah 32 unit, untuk yang mandiri sekitar 20, mereka sudah kami minta untuk relokasi dan bersedia. Untuk yang belum punya lahan tidak perlu khawatir karena kami akan membantu menyediakan,” kata Bupati, Rabu (5/4).
Menurutnya, khusus untuk lahan yang akan disiapkan bagi warga yang belum memiliki tanah, berada di Dusun Krajan dan masih dalam wilayah Desa Banaran. Rencananya tanah tersebut akan diberikan melalui hibah langsung.
“Relokasi yang kita pilih adalah relokasi mandiri karena warga menolak untuk dikumpulkan menjadi satu. Kami maunya mendirikan rumah di tegalan masing-masing, sedangkan untuk yang tidak mempunyai lahan Pemkab Ponorogo akan memberikan bantuan berupa lahan di sekitar Krajan,” ungkapnya.
Baca Juga: Seluruh Elemen di Ngrayun Ponorogo Sinergi Bersihkan Jalan dari Tanah Longsor
Saat ini, kata Ipong, pihaknya masih menunggu hasil penelitian tim ahli geologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tentang kelayakan wilayah tersebut untuk dijadikan permukiman.
“Ini merupakan bantuan dari pemerintah kepada meraka yang mengalami bencana alam tanah longsor. Jadi nanti akan kami bangunkan rumahnya hingga jadi dan siap huni,” pungkasnya.
Sementara Ketua Tagana Ponorogo, Lilik Slamet Rahardjo mengatakan pihaknya diintruksikan Bupati untuk focus mecari korban yang belum diketemukan dan menghibur warga yang mengungsi supaya tidak trauma. (yah/lan)
Baca Juga: Tanggul Penahan Jalan di Sawoo Ponorogo Retak, Warga Diimbau Pindah Tempat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News