BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung memberi imbauan khusus kepada Pemkab Bojonegoro terkait 10 Kecamatan dengan kontur tanah bergerak dan berpotensi longsor. Imbauan itu disampaikan melalui BPBD setempat.
Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro, Andik Sudjarwo mengatakan, wilayah Bojonegoro memang menjadi salah satu daerah yang rentan terjadi bencana. Bahkan tidak hanya satu bencana, melainkan berbagai bencana berpotensi terjadi di Kota Ledre.
Baca Juga: Jenazah Tukang Gali Sumur di Bojonegoro yang Tertimbun Longsor 9 Meter Berhasil Dievakuasi
"Pada bulan April ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung memberi imbauan kepada kami agar waspada terhadap bencana tanah gerak dan longsor," ujarnya, Rabu (19/4/17).
Imbauan tersebut tentu harus menjadi warning bagi masyarakat Bojonegoro untuk lebih peka dan peduli terhadap bencana. Sebab, seperti yang sudah-sudah, bencana alam cenderung datang secara mendadak.
"Setidaknya, ketika sudah ada peringatan, tentu masyarakat lebih siap memahami sekaligus menyikapi datangnya bencana," ungkapnya.
Baca Juga: Jasad Tukang Sumur yang Tertimbun Longsor di Bojonegoro Belum Ditemukan
10 Kecamatan yang memiliki potensi pergerakan tanah itu antara lain Kecamatan Sugihwaras, Trucuk, Malo, Bubulan, Margomulyo, Tambakrejo, Purwosari, Kasiman, Ngambon, Temayang, juga Kedewan, Sekar, Gondang, dan Sukosewu.
Sejumlah kecamatan bahkan sudah pernah terjadi pergerakan tanah, salah satunya di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Bojonegoro.
Fenomena tanah longsor yang telah melanda beberapa wilayah di Jawa Timur sebenarnya bukan tanpa tanda-tanda. Namun, bencana tanah longsor selalu meninggalkan tanda-tanda awal. Di antaranya terjadi hujan deras dengan durasi sangat lama, penurunan tanah, tiang dan pohon mendadak miring dan muncul suara gemuruh.
Baca Juga: Tertimbun Longsor, Warga Kedungadem Bojonegoro Tewas di Dalam Sumur
Bojonegoro memang memiliki siklus bencana yang berulang tiap tahun. Karena sering menjadi momen tahunan, bahkan membuat masyarakat Bojonegoro terbiasa dengan bencana.
"Namun harus tetap menjaga kewaspadaan. Sebab, meski secara kuantitas tahapan bisa diprediksi, namun kualitas tidak. Bisa jadi lebih besar dari yang telah diprediksi," tuturnya. (nur/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News