Ramadhan Telah Tiba, Saatnya Panen Pahala

Ramadhan Telah Tiba, Saatnya Panen Pahala KH Cholil Dahlan, Ketua MUI Jombang. foto: RONY S/ BANGSAONLINE

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Bulan kini telah tiba untuk seluruh umat muslim. Dengan demikian, kewajiban untuk melaksanakan ibadah puasa juga harus dilaksanakan selama bulan suci ini. Tak hanya ibadah wajib, seperti puasa. Bulan menjadi kebanggan bagi umat muslim karena didalamnya bisa memperbanyak ibadah yang otomatis semakin banyak pahala mengalir kepada orang islam.

Menurut KH Cholil Dahlan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jombang, kedatangan bulan perlu disambut dengan gembira oleh seluruh umat muslim. Terdapat berbagai cara untuk menyambut datangnya bulan penuh berkah ini.

Baca Juga: Bagikan Tafsir Al-Jailani, Khofifah Ajak GenZi Jadi Generasi yang Cinta dan Mengamalkan Quran

“Menghadapi bulan ramadhan bagi umat muslim, berdasarkan tuntunan Rasulullah, terdapat beberapa bentuk. Misal, Rasulullah mengatakan, kalau bertemu bulan , hatinya ada rasa suka dengan datangnya . Rasa suka untuk menjalankan ibadah pada bulan puasa. Rasa suka inilah menjadi kafarat (penghapus dosa),” kata Kiai Cholil yang juga Majelis Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang saat ditemui Bangsaonline.com, Jumat (26/5/2017).

Karena itulah kemudian, lanjut Kiai Cholil, para ulama menciptakan beberapa amalan-amalan yang membuat umat Islam suka terhadap datangnya bulan suci . Salah satunya megengan (selamatean yang intinya membagi-bagikan atau sedekah makanan). Tujuan dari tradisi megengan itu supaya ketika masuk bulan , melalui sedekah itu harta umat islam terbersihkan.

“Kalau harta kita sudah bersih, begitu pun dengan makanan yang kita makan bersih. Insya Allah sama Allah akan diberi karunia dimudahkan taat kepada Allah,” lanjutnya.

Baca Juga: Lebaran Tinggal Hitungan Hari, Ini Tips Berhijab Bagi yang Punya Pipi Tembem

Kiai khos Nahdlatul Ulama (NU) ini juga menjelaskan, ada beberapa keistimewaan dalam bulan . Di antaranya berdasarkan hadist, Rasulullah bersabda “syahru rajab syharu ummati, syahru ramadhan”.

“Kenapa bulan Sya’ban disebut bulan Rasulullah, karena Rasulullah memperbanyak mendoakan umatnya pada bulan tersebut. Pada bulan disebut bulan umatnya, karena pada bulan ramadhan kita sebagai umat islam punya amalan-amalan yang apabila dilaksanakan bisa berarti beribu-ribu bulan. Seperti misalnya malam lailatul qadar,” jelasnya.

Adapun keistimewaan lainnya, tidurnya orang yang berpuasa asal ingat kepada Allah itu sama dengan ibadah sunnah. Dan diamnya (orang berpuasa) apabila ingat kepada Allah itu sama dengan orang yang membaca kalimat Subhanallah. Kalau dia (orang berpuasa) beramal sholeh, maka pahalanya berlipat-lipat seperti seperti pahalanya orang yang berpuasa. Tidak ada yang bisa menghitung pahalanya kecuali Allah sendiri yang bisa menghitung pahala tersebut.

Baca Juga: Lucu! Polisi Bagikan Takjil, Pengendara Putar Balik, Jalan Raya Sepi, Mengira Tilang

Kia Cholil juga mengungkapkan, ada tiga andalan amalan dalam bulan puasa yang diajarkan Rasulullah. Pertama yaitu tadarus. “Tadarus itu ada yang membaca Al-qur’an pada malam hari serta ada yang menyimaknya. Kalau ada yang salah dalam bacaannya, maka dibetulkan,” ungkapnya.

Selanjutnya, amalan andalan kedua adalah salat malam, yaitu tarawih serta melaksanakan salat sepertiga malam. Seperti tahajud dan salat sunah lainnya. Amalan ketiga dicontohkan Rasulullah dengan menjadi dermawan. Tidak ada yang melebihi dermawannya nabi, apalagi saat bulan ramadhan.

“Bulan ramadhan adlah bulan berkah. Pada bulan ini umat islam diajak oleh Allah untuk merenung dan muhasabah sambil mendekatkan diri kepada Allah. Karena itulah intensitas ibadahnya umat islam selama bulan ramadhan hampir penuh. Sesuai janji Allah, Apabila dia bisa maksimal menjalankan ibadah selama buan , maka setelah salat idul fitri semua dosa-dosanya diampuni oleh Allah,” terang Kiai Cholil.

Baca Juga: Al-Quran tentang Makna Digital

Sementara ketika melihat kondisi bangsa Indonesia yang akhir-akhir ini muncul bom teror, keberadaan gerakan yang dianggap radikal sudah saatnya untuk intropeksi diri dalam bulan .

“Dengan bulan ini kesempatan bagi umat islam untuk intropeksi diri dalam hal kesabaran. Kita menjalankan amal soleh, mengajak orang lain berbuat baik perlu kesabaran. Dakwah mengajak orang lain berbuat baik, terutama dalam kondisi sekarang seperti Indonesia perlu mempertimbangkan tata cara dan kondisi objek dakwah kita. Karena setiap orang memiliki karakter yang tidak sama. Sehingga dibutuhkan kesabaran dalam menjalankan misi dakwah,” ulasnya.

Bagi Kiai Cholil, cara dakwah paling efektif seperti yang dilakukan walisongo untuk konteks Indonesia. Tidak perlu dengan cara mengumbar kebencian. Para wali mempertimbangkan dengan detail situasi budaya yang ada, sehingga efektif diterima dakwahnya tanpa harus menghilangkan budaya lokal yang ada.

Baca Juga: Selama Ramadhan, Polres Jember Gelar Patroli Kamtibmas

“Kalau mencari kesalahan kelompok lain, itu tidak baik dan tidak cocok untuk kondisi Indonesia. Karena cara seperti itu hanya berusaha mencari empati, tapi tidak menghormati perbedaan orang lain. Padahal kita harus mengikuti syariat sesuai dengan perkembangan zaman. Munculnya cara yang dianggap jihad dengan melakukan bom bunuh diri di Indonesia, itu bukan cara yang sesuai dengan ajaran islam. Karena caranya justru merusak nilai-nilai keislaman yang diajarkan Rasulullah,” pungkas Kiai Cholil. (rom)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Semua Penonton Bioskop Disalami, Anekdot Gus Dur Edisi Ramadan (18)':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO