Oleh: Novan Akbariyansah*
UNIT yang paling kecil dalam mengemban tugas untuk membina kehidupan anak dalam pendidikan keluarga adalah orang tua. Begitu juga, orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dalam lingkungannya. Sejalan dengan hal tersebut, Thomas Gordon berpendapat, orang tua ialah pribadi yang bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak dan pendidikan anak, sehingga orang tua harus bersikap konsisten dalam perasaan menyayangi anak, bersikap toleran, menyampaikan kebutuhan pribadi anak dan bersikap adil. Dari pendapat tersebut dinyatakan bahwa orang tua sebagai ayah dan ibu harus bersikap konsisten dalam rangka tanggung jawab sebagai orang tua diperlukan anak dalam masa perkembangannya. Namun demikian, tanggung jawab setiap orang tua memiliki sikap yang berbeda dalam menunjukan rasa kasih sayang, sikap toleran dan sikap perhatian.
Baca Juga: Di SMA Award 2024, Pj Gubernur Jatim Minta Konsisten Berprestasi Tingkat Nasional dan Internasional
Motivasi orang tua harus dapat menciptakan keharmonisan dalam proses pendidikan yang berlangsung pada anak. Orang tua harus bersikap dan berperan sebagai motivator dalam membina kelangsungan hidup anak, agar memiliki keterampilan dan wawasan yang lebih luas. Orang tua sebagai motivator dalam membina kecakapan, harus dapat menumbuhkan cara berpikir yang lebih luas dalam meningkatkan prestasi dalam sikap belajar anak. Apabila anak kurang perhatian orang tua akan terjadi broken home, karena anak memerlukan perhatian dan kasih sayang orang tua.
Membangun pendidikan dalam keluarga harus menciptakan suasana yang dapat membina serta mengembangkan kreativitas anak didalam rumah. Orang tua harus bersikap terbuka dan menerima gagasan yang disampaikan anak, sekalipun orang tua tidak menyetujuinya. Hal ini akan menimbulkan perasaan dihargai dalam diri anak, serta mendorong keberanian untuk menciptakan kreativitas anak.
Tabrani Rusyan berpendapat dalam bukunya sebagai berikut :
Baca Juga: Optimalisasi dan Tantangan Literasi Menulis bagi Mahasiswa !!!
Orang tua dalam keluarga harus menciptakan suasana yang mengenang, membina serta mengembangkan kreativitas anak di rumah.
Orang tua dalam keluarga harus berupaya merangsang anak untuk menyelidiki, meneliti, bertanya dan mencoba.
Orang tua dalam keluarga harus dapat berfungsi sebagai narasumber anak di rumah terhadap sikap kreativitas belajar.
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Siswa, Khofifah Dorong Inovasi Digital di Perpustakaan
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam keluarga yang diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang dan perhatian untuk merangsang dan membina kreativitas anak-anaknya di lingkungan keluarga.
Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab di pundak orang tua sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga sangatlah berat. Sebab, baik dan buruknya pendidikan orang tua terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak sikap anaknya di kemudian hari.
Kehadiran anak dalam lingkungan keluarga, secara alamiah akan memberikan tanggung jawab terhadap orang tua, tanggung jawab orang tua terhadap anaknya berdasarkan atas motivasi cinta kasih sayang dan perhatian. Pada hakekatnya, cinta kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anaknya dapat menjiwai tanggung jawab citra dan moral dalam memberikan pendidikan.
Baca Juga: PT Megasurya Mas Beri CSR Beasiswa untuk 356 Siswa di Sidoarjo
Hakekat dalam belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, dan aspek-aspek lain yang ada pada individu tersebut.
Harapan orang tua tentunya dapat mendidik anaknya dengan baik dan benar. Tetapi harapan itu tidak selamanya berjalan dengan baik dan benar. Ada kalanya dan tidak sedikit orang tua yang memiliki kendala dan melakukan kesalahan dalam mendidik anaknya ada beberapa kendala dan kesalahan. Misalnya orang tua yang yang terlalu mengekang anaknya. Hal ini akan memberikan dampak negatif pada anak. Seperti, anak akan menjadi sering berbohong kepada orang tua untuk memenuhi keinginannya.
Adapula orang tua memanjakan anaknya. Hal ini juga berdampak buruk, karena bisa menbuat anak menjadi memberontak manakala apa yang menjadi keinginannya tidak dapat terpenuhi. Di sisi lain anak tersebut harus dapat hidup mandiri tanpa tergantung pada orang yang berada di sekitarnya.
Baca Juga: Khofifah Ajak Guru Jatim Bangun Generasi Cinta Damai dengan Ciptakan Suasana Harmoni di Sekolah
Orang tua yang sibuk juga memberikan dampak yang buruk terhadap anak, karena anak menjadi merasa tidak diperhatikan dan tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Misal seperti orang tua yang menghabiskan waktunya seharian di kantor, sehingga bertemu dengan anaknya pada malam hari atau selesai bekerja. Dengan kondisi ini, anak bisa saja merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga dapat menjadi malas belajar, sering membangkang, nakal. Hal ini otomatis dapat mempengaruhi prestasi anak dalam belajar. Untuk itu, perhatian orang tua kepada anak sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan prestasi anak dalam belajar.
Jadi hubungan keharmonisan antara anak dan orang tua sangat berpengaruh dalam prestasi belajar sang anak. Karena anak akan menjadi lebih termotivasi untuk belajar dan semangat dalam mencapai cita-citanya, jika keharmonisan dengan orang tuanya terjaga. Untuk itu, orang tua harus memberi perhatian secara penuh dan tetap mendukung anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Memberi hadiah saat anaknya mencapai sebuah prestasi atau mendapat nilai yang baik dalam sekolahnya dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi sang anak.
Kasih sayang memang sangat dibutuhkan dalam membangun keharmonisan anata anak dan orang tua. Dengan adanya kasih sayang dari orang tua, anak akan menjadi lebih merasa dihargai dan diperhatikan dalam lingkungannya.
Baca Juga: Gandeng UI, Pesantren Algebra Bogor Optimistis Cetak Saintis dan Pemimpin Masa Depan
Harapan penuh ditujukan kepada semua orang tua untuk dapat membangun rasa keharmonisan dengan anak dalam mencapai sebuah prestasi. Sayangi dan berikan waktu-waktu terbaik bersama anak untuk menumbuhkan rasa keharmonisan.
*Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang (novan.akbariyansah@gmail.com)
Baca Juga: Pesan Hadratussyaikh: Guru Pakai Parfum, Jangan Ngajar Jika Ngantuk, Lapar, dan Marah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News