BLITAR, BANGSAONLINE.com - Kupatan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang selalu digelar setelah perayaan hari raya Idul Fitri dengan membuat ketupat dan dimakan bersama anggota keluarga. Namun, ada yang unik dari perayaan kupatan di Blitar. Tepatnya di wisata edukasi Kampung Coklat, Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan.
Berbeda dengan ketupat biasa, di Kampung Coklat ketupat dimasak dengan menggunakan campuran cokelat bubuk. Ketupat cokelat itu kemudian disusun menjadi tumpeng dan diarak sejauh 10 km, dengan iringan lantunan sholawat, Minggu (1/07).
Baca Juga: Jelang Arus Mudik Lebaran 2024, DPRD Kabupaten Blitar Minta Perbaikan Jalan Berlubang Jadi Prioritas
Setelah dikirab, kemudian tumpeng ketupat cokelat itu didoakan dan dimakan bersama-sama oleh ratusan pengunjung yang telah memadati lokasi sejak pagi. Bahkan ratusan pengunjung terlihat berdesakan untuk mendapatkan ketupat cokelat tersebut.
"Kirab tumpeng ketupat cokelat bertujuan untuk melestarikan budaya dan sebagai wujud rasa syukur. Dan karena tempatnya di Kampung Coklat, maka ketupatnya kita buat berbeda dengan menambahkan coklat bubuk," ungkap Kholid Mustofa (43) pengelola wisata edukasi Kampung Coklat, Minggu (2/07).
Kata Kholid, dari tahun ke tahun, antusiasme pengunjung selalu meningkat. Sehingga, di tahun keempat gelaran kirab tumpeng ketupat cokelat, panitia menambah jumlah ketupat. Jika tahun lalu jumlah ketupat hanya sebanyak 1.500 biji, tahun ini panitia menambah menjadi 2.500 biji ketupat.
Baca Juga: Kue Kering Rendah Gula Buatan Pasutri Asal Blitar Laris Manis Jelang Idul Fitri
"Tahun lalu karena banyak pengunjung yang antusias ketupat yang kami siapkan kurang, sehingga tahun ini kita tambah jadi 2.500 ketupat, " tuturnya.
(Tumpeng ketupat cokelat didoakan sebelum dinikmati ratusan pengunjung Kampung Coklat)
Baca Juga: Tak Ada Tilang bagi Pelanggar Selama Mudik Lebaran, Polres Blitar Bakal Berikan ini Sebagai Gantinya
Untuk membuat 2.500 ketupat tersebut, dibutuhkan 50 kg beras dan 20 kg bubuk coklat, dan dibutuhkan waktu semalam untuk memasak. Selain puluhan panitia, proses memasak juga dibantu oleh enam kepala keluarga (KK) di sekitar Kampung Coklat. "Proses memasaknya selain dilakukan panitia juga dibantu warga sekitar," jelasnya.
Sementara Rosi (20) salah satu pengunjung mengaku senang bisa menyaksikan langsung kirab tumpeng ketupat cokelat. Ia mengaku baru pertama kali melihat dan menikmati ketupat cokelat.
Ia berharap ke depan kirab tumpeng ketupat coklat tersebut tetap dipertahankan untuk melestarikan tradisi kupatan. "Selain unik, dan ketupat cokelatnya rasanya enak, kirab tumpeng ketupat cokelat ini juga bisa melestarikan budaya kupatan," jelasnya sambil menikmati ketupat cokelat. (blt1/tri/rev)
Baca Juga: Di Blitar, 798 Petasan Siap Ledak Diamankan Polisi, 7 Orang Diamankan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News