BLITAR, BANGSAONLINE.com - Tak hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan kapur yang ada di daerah Blitar selatan, namun dampak musim kemarau juga dirasakan di Kota Blitar. Terbukti, sebanyak delapan aliran sungai di Kota Proklamator itu kini terlihat kering kerontang. Sungai-sungai yang biasanya terlihat mengalirkan air, kini mengering. Yang nampak hanya lumpur kering yang menimbulkan debu, serta tumpukan sampah yang sebelumnya terbawa arus sungai.
Pande Ketut Suryadi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Blitar mengatakan, delapan aliran sungai itu selama ini dimanfaatkan petani di Kota Blitar untuk irigasi sawah. Sehingga jika datang musim kemarau dan sungai mengering, otomatis akan berdampak pada petani.
Baca Juga: Kota Blitar Tak Luput dari Kekeringan, Pemkot Lakukan Dropping Air Bersih
"Dampaknya pada sektor pertanian, kalau untuk lainnya saya rasa sejauh ini gak ada dampaknya," papar Pande Ketut Suryadi, Minggu (24/9).
Meski berdampak pada sektor pertanian di Kota Blitar, namun Pande Ketut Suryadi menilai tidak terlalu mengkhawatirkan. Karena belajar dari tahun-tahun sebelumnya, setiap menjelang musim kemarau para petani biasanya menganti tanamannya dengan tanaman yang tidak membutuhkan banyak air.
"Memang ada dampaknya itu pasti, namun tidak parah. Para petani sudah bisa memprediksi sehingga saat memasuki kemarau yang ditanam adalah tanaman yang tidak butuh banyak air, misalnya jagung," imbuhnya.
Baca Juga: Sejumlah Mata Air Menyusut, Warga Terpaksa Gunakan Air Keruh
Di sisi lain, sungai yang kering juga bisa dimanfaatkan DLH untuk melakukan normalisasi sungai. Caranya, dengan membersihkan sungai-sungai yang kering dari tumpukan sampah. Sehingga saat musim penghujan tidak ada sungai yang meluap karena sampah.
"Dengan kondisi demikian kami menerjunkan petugas untuk melakukan normalisasi. Jadi sampah-sampah yang ada dibersihkan, dengan harapan jika musim hujan datang sungai tidak meluap," pungkasnya. (blt1/tri/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News