JAKARTA(BangsaOnline)Film-film besutan artis yang juga sutradara cantik, Lola
Amaria terus menjadi buah bibir. Bahkan, karya terbarunya dalam film “Negeri
Tanpa Telinga” dinilai menjadi alternatif membangun kesadaran agar politisi
menjauhi korupsi dan penyimpangan seks.
Sejumlah pejabat negara yang hadir dalam pemutaran perdana film ini di Jakarta,
dua hari lalu, merasakan bagaimana film ini bisa dijadikan sebagai kampanye
anti korupsi.
Para pejabat yang hadir, di antaranya, adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Mari Elka Pangestu dan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Bambang Widjojanto.
Bambang Widjojanto menilai “Negeri Tanpa Telinga” ini sebagai film yang
menarik.
“Pertama, film Negeri Tanpa Telinga ini menarik, tapi apa betul negeri ini
tanpa telinga? Jangan-jangan tanpa mata, tanpa hati dan saya khawatir tanpa
kepala, kalau itu yang terjadi mengerikan,” ujarnya.
“Tetapi, apapun yang terjadi di negeri ini tanpa telinga, tanpa kepala, tanpa
hati, kita harus cinta negeri ini, karena di sini bukan hanya orangtua dan
anak-anak kita, tapi juga di sini kita harus membangun apa yang namanya
optimisme untuk sebuah kejayaan bagi bangsa,” tambahnya.
Bambang meyakini film ini bukan hanya sekadar tontonan tetapi akan menjadi
tuntunan dan membongkar kesadaran masyarakat bahwa di negeri yang tanpa telinga
ini kelak akan dibangun suatu yang besar dan mata bisa mendengar, telinga bisa
melihat serta hati bisa bicara.
Film ini, lanjutnya, bisa menjadi tonggak dan titik balik bahwa sebuah
kesadaran yang dibangun oleh film bisa digunakan untuk membangun karakter
bangsa.
“Karena kita sekarang dikepung oleh yang namanya screen culture dan film adalah
salah satu medium untuk membongkar dan membangun kesadaran untuk memuliakan
kehormatan. Saya harap fim ini bisa menjadi tonggak bagi kesadaran yang lebih
dashyat bagi Indonesia,” ujar Bambang.
Bambang berharap film ini bisa ditonton oleh anak-anak muda yang banyak
terlibat dengan industri kreatif dan banyak bermain dengan gadgetnya, sehingga
kemudian menyemangati bangsa ini untuk bangkit.
Selain itu, ia juga berharap film ini tidak hanya ditonton orang-orang yang
memang telah memiliki komitmen untuk memberantas korupsi, tetapi oleh
orang-orang yang ikut dalam pertarungan mempertukarkan gagasan untuk mencari
presiden yang terbaik. Sehingga calon presiden kita nantinya mendapatkan
seluruh pesan yang ada dalam film ini.
Sementara itu sang sutradara, Lola Amaria menjelaskan bahwa film ini
menggambarkan kisah-kisah skandal politik, seks dan korupsi yang melibatkan
para petinggi politik yang mewarnai pemberitaan beberapa bulan lalu. Ia
mengakui bahwa ide film ini memang berasal dari pemberitaan kasus-kasus korupsi
di sejumlah media.
“Kalau saya boleh mengumpamakan film ini sebagai kata-kata, maka ini adalah
bahasa tutur saya untuk masyarakat Indonesia. Karena kami tidak memiliki corong
yang besar untuk bicara, maka rangkaian gambar dengan cerita bermakna inilah
yang bisa kami mainkan,” pungkas Lola.
Baca Juga: Rating Film The Dune: Part Two, Mulai dari IMDb, Rotten Tomatoes, dan Metacritic
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News