>>>>>> Rubrik ini menjawab pertanyaan soal Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan pembimbing Dr. KH. Imam Ghazali Said. SMS ke 081357919060, atau email ke bangsa2000@yahoo.com. Jangan lupa sertakan nama dan alamat. <<<<<<
Pertanyaan:
Baca Juga: Saya Dilamar Laki-Laki yang Statusnya Pernah Adik, Keluarga Melarang, Bagaimana Kiai?
Assalamualaikum Pak Kiai, bagaimana menurut Kiai tetang ajaran yang disampaikan oleh majelis tersebut (MTA). Sebab, gara-gara sering nonton acara tersebut ada orang yang sebelumnya rajin ikut yasinan dan wirid bersama sekarang berhenti. Dia bilang baca Yasin bersama bidah. Mohon penjelasanya. Wa allaikum salam. (Supriyanto, Surabaya).
Jawaban:
MTA (Majelis Tafsir Alquran) adalah sebuah kelompok yang mengajak pada kajian-kajian Islam agar dikembalikan semua hukumnya kepada Alquran. Dan kelompok ini berpusat di Surakarta. Maka, melihat dasar kelompok atau organisasi ini dapat dikatakan baik, sebab mengajak untuk mengkaji dan mendalami Islam. Islam mengajarkan untuk menilai kegiatannya bukan orang atau kelompoknya, jadi jika ditanya bagaimana MTA maka itu baik sebab mengajak kepada ngaji dan kajian Islam.
Baca Juga: Istri Tak Penuhi Kebutuhan Biologis, Saya Onani, Berdosakah Saya?
Namun, jika isi dan kajian itu bertentangan dengan hukum Islam, maka yang ditentang adalah isi dan kajian tersebut saja. Sebab, di dalam MTA tentunya hukum dan penjelasan yang benar dan sesuai dengan hukum Islam dan penjelasan jumhur ulama juga banyak yang benar, dan itu juga harus diapresiasi baik. Namun, jika beberapa poin itu tidak benar, maka harus kita katakan tidak benar.
Seperti anggapan (semoga ini tidak benar) bahwa MTA meyakini tidak ada ‘syafa’at di akhirat itu, bagi yang mempercayainya itu ada maka dia sesat’. Jika hal ini benar dari MTA, maka dalam hal ini MTA salah, sebab dalil dalil tentang syafa’at di akhirat itu ada dan banyak.
Kalaupun toh tidak sepakat, maka tidak boleh juga mengatakan sesat, sebab itu sudah ke arah fanatik berpendapat dan golongan. Dalam konteks ini, sikap ijtihadnya yang kita nilai salah, bukan kelompoknya.
Baca Juga: Rencana Nikah Tak Direstui karena Weton Wanita Lebih Besar dan Masih Satu Buyut
Terkait dengan acara Yasin bersama-sama itu bid’ah, itu hak mereka mengatakannya. Namun perlu diingat di sana banyak dalil yang membuktikan bahwa Rasul saw membaca al-Quran bersama-sama dengan para sahabat. Abdullah Ibnu Mas’ud melaporkan bahwa:
“Rasul berkata kepada beliau: bacakan kepada Al-quran, maka aku menjawab, bagaimana aku membacakan Alquran kepadamu padahal Alquran diturunkan kepadamu, akhirnya aka bacakan …, sehingga Rasul menangis, lalu aku berhenti”. (Hr. Muslim:800)
Pada hadis ini disebutkan bahwa Rasul sedang mudarasah (saling membaca Alquran) hanya saja Rasul diam mendengarkan lalu Ibnu Mas’ud membaca. Intinya adalah membaca Alquran bersama-sama, adapun yang satu menirukan bacaan itu boleh, sebab siapa yang melarang orang menirukan bacaan Alquran pada saat Alquran dibacakan, tentu tidak ada. Maka, membaca Alquran bersama sama itu boleh, dan Yasin juga termasuk Alquran.
Baca Juga: Hati-Hati! Seorang Ayah Tak Bisa Jadi Wali Nikah jika Anak Gadisnya Hasil Zina, Lahir di Luar Nikah
Andaikan tidak sepakat boleh, tapi tidak perlu mengatakan bid’ah, apa bisa dikatakan membaca Alquran itu bid’ah. Adapun bentuk membacanya dalam sebuah acara itu adalah kreasi modern. Dulu juga tidak ada sekolah yang mengajarkan membaca Alquran, tapi sekolah itu tetap boleh dan baik sebab mengajarkan kebaikan yaitu membaca Alquran. Wallahu A’lam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News