Terjemah Surat Al- Ra’d : 32
Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir itu kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya siksaan-Ku itu!
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Tafsir
Paparan soal orang-orang yang durhaka dan dibinasakan, paparan orang-orang yang beriman disayang Tuhan, paparan tentang kesaktian Tuhan membuat gunung bergeser kencang, bumi berkeping-keping dan orang mati bisa diajak bicara telah disampaikan begitu tajam dan menakutkan.
Namun hanya sedikit manusia yang pandai mengambil pelajaran. Kebanyakan mereka abai dan makin durhaka, sehingga para Rasul yang utus memberi pencerahan malah ditertawakan. Tuhan mengancam akan mengambil tindakan tegas. “fa amlait li al-ladzin kafaru tsumm akhadztuhum fakaif kan ‘iqab”.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Soal gaya Tuhan menyiksa hamba-Nya yang durhaka, ada siksaan yang nyata, bisa dirasakan dan dimengerti dan ada siksaan halus dan susah disadari. Dalam skala makro, tingkat kelompok, siksaan model pertama lebih sering ditimpakan kepada umat terdahulu, sementara siksaan model kedua kepada umat masa sekarang, umat nabi Muhammad SAW. Tetapi pada tingkat individu, keduanya bisa menimpa siapa saja.
Sejatinya, siksaan model pertama yang nyata dan spontan itu adalah rahmat sehingga seseorang lebih cepat sadar, ambil pelajaran dan bertobat. Kami jalan-jalan bersama teman dan duduk santai di sebuah taman asri. Di sebelah ada seorang cewek yang cukup menyita perhatian. Seorang teman terus memandanginya dan mencoba mendekati. Rupanya gayung bersambut karena dia memang tanpan. Sementara kami yang lain hanya senyum-senyum saja. Lalu cabut dan pulang.
Ee.. baru beberapa meter jalan kaki, si teman tadi - tanpa sengaja – nabrak tiang lampu taman yang tak jauh dari tempat tongkrongan semula, bagian kelopak matanya bendol. Spontan dia sadar :” astaghfirullah al-adhim”. Rupanya Tuhan sayang kepadanya dan dosa diampuni seketika.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Lain dengan gaya siksaan kedua yang halus, perlahan tapi efektif. Siksaan model ini susah disadari, karena lembutnya dan tanpa tanda-tanda mencolok. Makin hari, makin kronis kayak kanker, hingga pada akhirnya berakibat fatal. Sekali maksiat, tak ada teguran apa-apa dari Tuhan. Lalu melakukan lagi yang lebih berbobot. Juga tak ada teguran. Makin maksiat dan makin terbiasa.
Saat terbiasamaksiat, saat itulah laknat menumpuk. Contohnya artis penebar maksiat,di hadapan umum mempertontonkan aurat seksual, makin hari, makin kreatif bergoyang. Makin maksiat, makin tak terasa karena makin mendapat imbalan materi yang nyata.
Jika masyarakat telah terbiasa dengan hiburan maksiat, wanita-wanita setempat jarang berhijab,masjid tak ramai jamaah shalat, al Qur’an tak lagi terbaca, masyarakat tak sensitif terhadap moral, tidak peduli syari’at agama, jogetan di kampug semalaman tanpa teguran, meminum minuman keras sudah lumrah, maka orang yang rajin shalat berjamaah, mengajar al Qur’an menjadi asing. Ustadz yang menasehati para wanita agar menutup aurat ditertawakan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Kebijakan menutup Dolly dianggap tidak manusiawi. Pemuda yang tulus memberantas minuman keras justru dituduh Islam radikal, main hakim sendiri, tidak menghormati hak asasi, melakukan tindak kekerasan atas nama agama, sementara ustadz yang diam dan tidak melakukan apa-apadianggap muslim lembut penuh toleransi. Ayat studi ini menggambarkan itu, bahwa nabi-pun ditertawakan oleh warganya sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News