SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Menanggapi upaya peningkatan literasi di Indonesia, khususnya di Surabaya, mahasiswa Unesa menciptakan program pelatihan literasi pada anak sekolah dasar berbasis lingkungan, yang bertajuk Ciplukan.
Program ini merupakan tercetys dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang digagas oleh lima mahasiswa Unesa, yakni Herfina Clara Rosa Linda Putri (22), Cindy Indrawati (21), Nur Halimah (23), Nunung Giarti (21), dan Avifa Nur Qomariyah (19). Dengan dibimbing oleh dosen Unesa, Prima Vidya Asteria, program ini dilakukan di SDN Lidah Kulon IV Surabaya.
Baca Juga: Di SMA Award 2024, Pj Gubernur Jatim Minta Konsisten Berprestasi Tingkat Nasional dan Internasional
Program ini dibuat untuk membantu upaya pemerintah dalam mengembangkan literasi di Indonesia. Herfina, sebagai ketua tim, mengungkapkan bahwa kesadaran literasi di wilayah Lidah Kulon cukup rendah, khususnya di bidang membaca. Bahkan menurutnya, di kalangan mahasiswa, minat baca tergolong rendah.
Kegiatan ini tentunya mendapat dukungan dari berbagai pihak. Bahkan Kepala Sekolah SDN Lidah Kulon IV, turut senang dengan kegiatan ini. “Sangat bermanfaat dan berguna untuk siswa dan siswa SDN LidahKulon IV baik sekarang maupun masa datang. Harapan saya, semoga melalui kegiatan CIPLUKAN, anak-anak lebih kreatif dalam pembuatan karya sastra. Baik karya sastra cerpen maupun puisi,” tutur Mushola.
Ciplukan, Tandur, Decil, dan Lamtoro
Baca Juga: Salah Satu Maling di Warkop yang Ditangkap Polsek Gubeng Ternyata DPO Curanmor Kampus UNESA
Ciplukan merupakan akronim dari Cipta Literasi Untuk Anak Negeri. Program ini merupakan program pembelajaran literasi lintas disiplin berbasis lingkungan, serta berorientasi dwi bahasa. Herfina mengungkapkan bahwa pendidikan lingkugan merupakan kegiatan lapangan yang cocok untuk disisipi kegiatan literasi, terlebih pendidikan lingkungan juga sangat dibutuhkan masyarakat pada era kini, yang tingkat sadar lingkungannya kurang. Misalnya dalam menciptakan poster-poster yang berkaitan dengan menyelamatkan lingkungan, secara tidak langsung anak didik akan berliterasi.
“Saya bekerja sama dengan tim memanfaatkan kemampuan SDM yang ada, kebetulan tim kami dari jurusan Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. Untuk konsep kegiatan sendiri ini terinspirasi dari mulai maraknya penulis cilik dan Pendidikan Lingkungan yang kami ambil karena kami anggap sebagai kegiatan lapangan yang apik untuk disisipi literasi. Selain itu pendidikan lingkungan juga sangat diperlukan untuk masyarakat yg tinggal di area perkotaan,” ungkap dia.
Selain itu, Herfina meyakini sistem belajar di luar kelas dan aktif akan membuat anak betah dan tidak merasa bosan. Terlebih mereka menggunakan Tandur Quantum Teaching sebagais trategi belajar. Herfina dan tim mengajak anak didik mereka untuk belajar dan aktif dengan suasana yang menyenangkan. Hal itu sesuai dengan kepanjangan dari Tandur, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Siswa, Khofifah Dorong Inovasi Digital di Perpustakaan
“Ciplukan dikembangkan dengan strategi belajar TANDUR Quantum Teaching, insya Allah menyenangkan. Kami mengajar dengan metode yang berbeda, tidak umum, lebih ke belajar sambil bermain dan kegiatan dilaksanakan di luar ruangan kelas,” jelas mahasiswa semester enam Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini.
Kegiatan yang telah dibuka sejak 12 April lalu ini, dimulai dengan acara Decil, yakni Deklarasi Cinta Lingkungan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembelajaran pertama tentang pendidikan lingkungan selama program Ciplukan dilaksanakan, melalui konsep 3R (Reuse, Reduse, Recycle).
Herfina menuturkan melalui kegiatan ini, ia dan tim ingin melestarikan bahasa Jawa yang baik pada anak-anak SD. Sejalan dengan hal ini, salah satu hasil kegiatan Ciplukan adalah adanya antologi cerpen dan cerkak karya peserta didik.
Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Yakini Konaspi XI Cetuskan Solusi Konkret Tingkatkan SDM untuk Indonesia Emas 2045
“Lamtoro itu juga akronim dari Laskar Loro Bahasa. Maksudnya anak-anak yang sudah menjalani pelatihan Ciplukan akan dapat memahami dan menguasai dua bahasa yaitu bahasa Jawa dan bahas Indonesia. Selain itu, sebenarnya kami juga ingin dengan adanya kegiatan ini, kami juga bisa melestarikan penggunaan bahasa Jawa yang baik pada anak-anak,” tuturnya.
Herfina menuturkan, hasil dari kegiatan Ciplukan berupa antologi cerpen dan cerkak karya peserta didik. Buku ini, setelah ber-ISBN akan disebarluaskan kepada guru SD selingkup kawasan Lidah Kulon, Surabaya. Selain itu, Herfina dan timnya menginginkan program ini beregenerasi ke depannya.
“Kami mengusahakan buku kumcer dwibahasa tersebut, untuk ke peserta didiknya kami mengajukan program ekstrakulikuler ke sekolah atau program bimbingan pelatihan rutin setiap bulan, menyoal masalah ini kami masih punya dua konsep itu. Selain itu, ketika buku sudah terbit dan ber-ISBN kami akan menyebarkannya ke guru-guru SD di Lidah Kulon. Kegiatan ini memang termasuk upaya yang kami lakukan untuk mendukung peningkatan literasi di Indonesia,” tambahnya. (*)
Baca Juga: Dinas Pendidikan Gresik Teken MoA dengan Unesa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News