SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Komandan Satuan Koordinasi Nasional Barisan Ansor Serbaguna (Satkornas Banser) ke-4 H Abdul Muchit SH, menilai manuver politik Abdul Hamid, Ketua Umum Jaringan Alumni Muda Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (JAMPI) yang melaporkan Dr KH. Asep Saifuddin Chalim ke Polda Jatim telah kebablasan dan tak mengerti kultur NU.
”Kalau dia anak PMII mestinya paham kultur NU. Gak ada sejarahnya anak PMII berani melaporkan kiai ke polisi. Tugas PMII itu sama dengan Banser yaitu menjaga dan membentengi kiai dan ulama. Cuma anak PMII itu umumnya dari segmentasi mahasiswa yang seharusnya lebih banyak menonjolkan intelektualitas. Kalau dia manuver politik seperti itu dia jelas bukan akhlak PMII dan NU. Ingat, sehebat apapun perbedaan pendapat dan politik kiai NU tak pernah ada tindakan melaporkan kiai ke polisi. Saya ingatkan kepada teman-teman PMII, jangan sampai diperalat kelompok tertentu di luar NU hanya untuk kepentingan sesaat dan menghancurkan kultur NU,” tegas Abdul Muchit yang kini Wakil Ketua Pagar Nusa Jawa Timur kepada bangsaonline.com, Kamis (14/6/2018).
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Mantan Wakil Ketua Gerakan Pemuda (GP) Pengurus Wilayah Ansor Jawa Timur ini minta jangan sampai Abdul Hamid jatuh kepada perbuatan yang dalam kultur NU disebut s’uul adab. ”Kalau orang pernah mondok dan pernah nyantri pasti tahu itu su’ul adab,” katanya. Su’ul adab adalah perilaku tak punya sopan santun terhadap kiai atau guru sehingga ia pongah, arogan dan sombong. ”Para santri dan kiai umumnya sangat menghindari prilaku su’ul adab itu. Umumnya santri malu berprilaku su’ul adab,” kata Muchit yang pernah jadi Ketua Carateker Ketua GP Ansor Jatim.
Seperti diberitakan, Abdul Hamid melaporkan Kiai Asep Saifuddin Chalim karena mengeluarkan seruan fatwa fardlu ‘ain mendukung Khofifah Indar Parawansa. Abdul Hamid menilai Kiai Asep telah menyebarkan ujaran kebencian melalui fatwa tersebut. Seruan fatwa itu dikeluarkan di Pacet bersama 400 kiai, habaib, dan masyayikh.
"Ada muatan ujaran kebencian dalam fatwa fardhu ain. Kiai Asep menyebut jika orang mukmin tidak memilih Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dalam Pilgub Jatim 2018, maka sama dengan berkhianat pada Allah, Rasulullah dan orang mukmin. Pernyataan itu juga disertai hadits," kata Abdul Hamid setelah melapor ke Subdit V Cybercrime Ditreskrimsus Polda Jatim, (Rabu,13/6).
Baca Juga: Aqiqah Cucu ke-20 Kiai Asep, Prof Ridwan Nasir Singgung Rabiah Al Adawiyah dan Khofifah
Abdul Muchit menegaskan, jika Abdul Hamid mengaku kader PMII seharusnya melakukan muhasabah (instrospeksi-red) karena perbuatannya ini bertentangan dengan kultur NU yang seharusnya kita jaga.
”Jangan membabi buta hanya karena urusan politik. Menjaga kultur NU lebih penting dan harus jadi dasar kuat dalam berpolitik. Apalagi Kiai Asep itu adalah putra dari salah satu pendiri NU yaitu Kiai Haji Abdul Chalim. Saya kira kalau Abdul Hamid tahu siapa saja pendiri NU dan dia benar-benar kader PMII pasti segera minta maaf kepada beliau,” katanya.
Kiai Abdul Chalim dalam sejarah berdirinya NU dikenal sebagai teman akrab KH Abdul Wahab Hasbullah sejak sama-sama belajar di Makkah. Dua sahabat ini kemudian pulang ke Indonesia dan sepakat untuk berjuang memerdekakan bangsanya dari penjajah. Setelah kembali ke Indonesia, Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari mendirikan Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU). Nah, dalam proses pendirian NU itu, Kiai Abdul Chalim bersama Kiai Abdul Wahab Hasbullah bahu membahu terlibat membantu mengurus administrasi, konsep, dan undangan terhadap para kiai yang membahas pengiriman delegasi ke Hijaz.
Baca Juga: Pembukaan Multaqa Alumni Al Azhar VIII, Kiai Asep Ungkap Sejarah Amanatul Ummah, Dulu Tempat Jin
Dua kiai ini dipercaya oleh Hadratussyaikh untuk mengurusi administrasi karena sebelumnya Kiai Abdul Wahab adalah ketua Nahdlatul Wathon sedang Kiai Abdul Chalim sekretaris Nahdlatul Wathon. Begitu NU berdiri, terbentuklah kepengurusan PBNU. Hadratussyaikh sebagai Rais Akbar Syuriah PBNU sedang Hasan Gipo dipercaya sebagai ketua umum Tanfidizyah. Saat itu Kiai Abdul Wahab Hasbullah ditunjuk sebagai Katib Syuriah dan Kiai Abdul Chalim sebagai Naibul Katib atau Katib Tsani (sekretaris II) PBNU.
“Jadi Kiai Asep itu seorang ulama besar dan keturunan atau putra ulama besar. Kan gak masuk akal putra pendiri NU dilaporkan ke polisi oleh anak yang mengaku PMII,” kata Abdul Muchit.
Abdul Muchit juga mengingatkan Abdul Hamid dan siapa saja agar tak coba-coba menyakiti kiai NU, termasuk Kiai Asep. "Ya mohon maaf, siapa saja yang berani menyakiti kiai NU termasuk Kiai Asep, baik fisik maupun psikis, akan berhadapan dengan saya. Saya sudah terbiasa berhadapan dengan urusan membela NU dan kiai, jadi tak pernah gentar sedikitpun. Ini tahadduts binni'mah aja," tegas Ketua Umum Pusat Pencak Silat Dali Kumbang ini.
Baca Juga: Kagumi Prestasi Amanatul Ummah, Kementerian Pendidikan Malaysia Studi Banding ke Pacet Mojokerto
"Sekali lagi sampai kapanpun akan saya bela kiai, termasuk Kiai Asep. Semua kiai NU yang diperlakukan semena-mena dan didzalimi akan saya bela," tambahnya.
Dalam website Jampijatim.com disebutkan bahwa susunan pengurus JAMPI Jatim, diantaranya, terdiri dari Dewan Penasehat yang diketuai Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Sedang Wakil Ketuanya adalah Bambang DH, Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu. Selain Gus Ipul dan Bambang DH juga tercatat nama Anwar Saadad (sekretaris Gerindra Jatim) dan Arif Afandi (mantan wawali kota Surabaya saat Bambang DH jadi walikota). (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News