SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Menyimak berita dan informasi terkait peresmian Mushola Nahdlatul Umah yang diprakarsai oleh Ranting NU Godog, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan yang dilarang atau dihalang-halangi oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Muhammadiyah disesalkan banyak pihak. Salah satunya Sholikhul Huda, tokoh muda Muhammadiyah asal Lamongan.
Menurut dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya ini, peristiwa itu sangat disayangkan dan seharusnya tidak perlu terjadi. Solikh mengungkapkan, seharusnya ada rasa saling memahami dan saling menghargai antar elemen yang ada.
Baca Juga: Blusukan di Pasar Sidoharjo Lamongan, Khofifah akan Tutup Kampanye di Jatim Expo
"Saya menyesalkan peristiwa di Godog itu. Harusnya hal itu tak perlu terjadi, tidak boleh yang mayoritas menekan minoritas. Kita harus saling menghargai perbedaan yang ada," tutur mantan Sekretaris Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jatim itu, Jumat (27/7).
Ketua Pusat Studi KH. Mas Mansur UM Surabaya (Pusmas) ini melanjutkan, berdasarkan hasil risetnya terkait relasi antar umat beragama di Lamongan yang berjudul "Kampung Inklusif: Pola Toleransi Antar Umat Beragama di Lamongan" yang akan dipresentasikan di forum Internasional Annual Conference Islamic Studies (AICIS) ke-18 Kemenag RI di Kota Palu Indonesia, bahwa salah satu hasilnya adalah Lamongan adalah Kampung Inklusif.
Artinya kehidupan relasi antarumat beragam (Islam-Kristen-Hindu) atau antar Ormas (NU-Muhammadiyah-LDII-Persis-Al Irsyad) sangat toleran, saling menghargai, menghormati, mereka hidup rukun damai yang salah satu pendorongnya adalah kekuatan kearifan lokal sebagai daya ikat dalam membangun relasi sosial keagamaan dalam keseharianya.
Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah Pilar Kemajuan Bangsa dan Umat
"Hubungan antar agama dan ormas di Lamongan selama ini sangat harmonis. Kalau sekarang ada gejolak di Godog, harus dicari akar masalahnya," imbuh Solikh.
Sehingga menurut Sekretaris DPD KNPI Jatim ini, fenomena yang terjadi di Godog Laren Lamongan adalah ada upaya pihak-pihak tertentu yang ingin membenturkan antar sesama umat Islam, terutama NU dengan Muhammadiyah. Harapannya supaya terjadi disharmoni dan konflik yang kemudian ingin menjadikan citra Lamongan menjadi jelek di mata Nasional maupun Internasional.
Apalagi ini akan memasuki masa politik yang sangat besar tarikan kepentingannya. Sehingga diperlukan kepada semua eleman masyarakat keagamaan, tokoh politik, tokoh pemuda (Pemuda Muhammadiyah-GP Ansor, KNPI) di Lamongan harus waspada dan saling bergandeng tangan untuk menjaga Lamongan menjadi kampung damai dan toleran.
Baca Juga: Menangkan Pasangan SAE, Ratusan Kader dan Pengurus DPD PAN Sidoarjo Rapatkan Barisan
"Terutama bagi saudara-saudara NU dengan Muhammadiyah adalah seduluran sak lawase, jangan mau diadu domba. Bagi yang melakukan provokasi juga harus ditindak secara hukum," pungkas alumni UINSA tersebut. (mdr/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News