Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .
Tsumma radadnaa lakumu alkarrata ‘alayhim wa-amdadnaakum bi-amwaalin wabaniina waja’alnaakum aktsara nafiiraan (6).
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Terkait pesan ayat sebelumnya yang menunjuk betapa bangsa Israel berperilaku super kejam kepada umat Islam, lalu Allah SWT mengutus orang-orang terpilih yang punya kemampuan dahsyat (ibaadan lanaa ulii ba'sin syadiidin). Kelompok ini lantas menghabisi bangsa Israel, bahkan men-sweeping hingga ke lorong-lorong kota dan gang-gang kecil.
Di sini, kita harus yakin bahwa pertolongan Tuhan itu pasti datang, entah apa bentuknya. Bangsa Israel sendiri sama sekali tidak menduga kalau dirinya bisa dihabisi oleh bangsa lain. Ini juga pelajaran bagi nonmuslim yang jahat, bahwa kekuatan manusia itu terbatas. Di atas kekuatan manusia, ada kekuatan Tuhan.
Apa yang dilakukan Tuhan tersebut adalah wujud kepedulian-Nya terhadap kemakmuran umat manusia, sekaligus ekpresi kebencian-Nya terhadap setiap tindakan arogan dan kebrutalan. Kemudian keadaan berbalik, "tsumma radadnaa lakumu alkarrata ‘alayhim". Umat islam menjadi unggul dan berjaya.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Tidak hanya itu, umat islam diberkahi dengan servis duniawi yang berlimpah, seperti panen raya, peternakan dan pertambangan, "wa-amdadnaakum bi-amwaalin". Keluarga mereka sehat-sehat dan produktif. Generasi berikutnya dinamis dan berkualitas, sehingga negara kian kuat dan bangsa makin terhormat. "... wabaniina waja’alnaakum aktsara nafiiraan".
Paparan di atas adalah rekaman masa lampau, di mana sejarah menuturkan demikian guna dipetik hikmah oleh umat belakangan. Dalam perspektif sejarah, terekam adanya periodisasi kejayaan dan keterpurukan. Logika putaran roda, sebagian di atas dan sebagian di bawah secara silih berganti nyata-nyata ada dan terbukti.
Meski dunia masih memandang Israel lebih kuat dan lebih menguasai Palestina, atau dunia nonmuslim lebih perkasa ketimbang dunia umat Islam, tapi sudah banyak para pakar futuristik, baik dari kalangan ilmuwan, apalagi dari kalangan agamawan yang membaca isyarat-isyarat wahyu, seperti keringnya sungai tertentu, tidak berbuahnya pohon kurma di wilayah tertentu, adanya ini, adanya itu, termasuk maraknya LGBT yang menuntut dilegalkan.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Meski diyakini sebagai pertanda akhir zaman, tapi itu sekaligus awal era menguatnya keimanan seseorang. Orang-orang yang punya status sosial dan kuasa, di mana dulunya biasa-biasa saja terhadap agama, tiba-tiba berubah menjadi sangat fanatik dan militan, ibadahnya meningkat dan kepeduliannya terhadap agama makin totalitas.
Telah terbukti di mana-mana, Islam tidak makin mengkeret, tidak surut melainkan makin berkembang hingga ke jantung kota paling metropolis dan paling bebas di dunia, seperti Washington, Paris, Hong Kong, Den Haag, Berlin, Barcelona, Darwin, Moskow, Beijing, apalagi di Oslo dan lain-lain.
Kajian keislaman terus marak dan makin diminati. Konglomerat muslim sudah banyak yang berperan pada ekonomi global, ilmuwan, dan teknolog sudah banyak dari kalangan umat Islam. Barang kali keadaan ini sebagai awal janji Tuhan tersebut, yakni membalik keadaan dari tertindas menjadi berjaya. "tsumma radadnaa lakumu alkarrata ‘alayhim ...". Semoga.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News