Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .
In ahsantum ahsantum li-anfusikum wa-in asa'tum falahaa fa-idzaa jaa-a wa’du al-aakhirati liyasuu-uu wujuuhakum waliyadkhuluu almasjida kamaa dakhaluuhu awwala marratin waliyutabbiruu maa ‘alaw tatbiiraan (7).
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
" ... waliyadkhuluu almasjida kamaa dakhaluuhu awwala marratin waliyutabbiruu maa ‘alaw tatbiiraan". Pada aksi kedua, bangsa Israel menyerbu masjid seperti aksi mereka pertama kali, lalu merusak serusak-rusaknya.
Melihat sejarah masa lampau tentang perlakuan orang-orang kafir terhadap para nabi utusan Allah SWT, juga perlakuan mereka terhadap orang-orang Islam, kepada keluarga muslim, kepada rumah ibadah umat islam, bahkan kepada desa dan rumah tinggal mereka, tidak satu pun sejarawan kelas dunia yang mengingkari hal ini.
Tidak sekadar kitab suci, sejarah pun mengabadikan kejahatan mereka yang berlangsung sejak dulu, termasuk bangsa Israel yang hobi merusak masjid, hingga sekarang meski caranya berbeda. Ingat tahun kemarin, umat Islam sangat kecewa kepada pemerintah yang lunak-lunak saja menghadapi kelompok yang membakar masjid di Papua. Malah mereka diundang makan-makan di istana, lalu tutup mulut semua dan selesai. Baguslah.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Tapi tidak demikian ketika ada sedikit saja singgungan menimpa gereja, seperti gereja Lidwina kemarin. Dalam hitungan menit para aparat dan pejabat tinggi negeri turun mengutuk. Dalam hitungan jam, semua terduga pelaku penyerangan berhasil ditangkap dan dipenjara. Pak jenderal-pun memberi komentar: bahwa penyerang sebagai teroris, terkoordinir, dan lain-lain. Walhasil, penanganan atas insiden yang menimpa gereja Lidwina kemarin super cepat, kompak dan hebat. Mudah-mudahan Allah SWT memberi kesabaran bagi kita semua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News