Pembangunan Kilang Minyak Terbesar se-Indonesia di Tuban Terkendala, Warga Masih Trauma

Pembangunan Kilang Minyak Terbesar se-Indonesia di Tuban Terkendala, Warga Masih Trauma Perwakilan warga saat menyampaikan pendapatnya dalam sosialisasi pembangunan kilang minyak di Pendopo Kecamatan Jenu, Rabu (9/1).

TUBAN, BANGSAONLINE.com - Pembangunan kilang minyak terbesar se-Indonesia di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban menuai kendala. Warga dari 3 desa, yakni Wadung, Sumur Geneng, dan Kaliuntu, menentang proyek pemerintah itu. Hal tersebut terungkap saat acara sosialisasi dan konsultasi publik di Pendopo Kecamatan Jenu, Rabu (9/1).

Kades Wadung Kecamatan Jenu, Sasmito menyampaikan, warga banyak yang tidak setuju tanahnya digunakan proyek kilang minyak. Alasannya, mereka takut kejadian pada 1986 terulang lagi pada warga Wadung. "Saat orde baru itu, warga dipaksa menyerahkan tanahnya kepada KLHK, meski secara administrasi diselesaikan. Dampaknya, salah satu Dusun bernama Mbelarak hilang dan warga sebanyak 253 KK berpencar serta 256 hektar hilang. Dari dasar itulah, warga banyak yang menolak," ungkap Sasmito.

Baca Juga: PT TPPI Tuban Ajak Masyarakat Bebersih Pantai dan Bagikan 1.000 Bibit Pohon

Selain itu, lanjut Sasmito, merujuk pada proyek atau pabrik yang sudah berdiri di wilayah Jenu, warga hanya dilibatkan saat pembangunan saja. Sedangkan untuk operator, rata-rata diambilkan dari warga luar Jenu.

"Contoh PLTU, TPPI, dan TBBM. Di perusahaan itu warga lokal hanya mengerjakan saat planing saja. Akan tetapi, untuk operator rata-rata diambil dari jauh. Itulah yang kami kecewakan jika pabrik kilang minyak ini berdiri," terangnya.

Untuk itu, pihaknya akan mengumpulkan perangkat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan warga, guna mencari keputusan.

Baca Juga: Lahan Kilang Tuban GRR Kembali Terbakar, Ini Penyebabnya

Wahab, warga lain, juga menyampaikan alasannya kukuh menolak keberadaan kilang minyak itu. Menurutnya, pendirian pabrik tidak akan memberikan manfaat kepada warga sekitar. Malah, akan membawa dampak negatif pada lingkungan dan sosial masyarakat. "Atas dasar apa tiba-tiba Pertmina mendirikan kilang minyak di sini? Padahal kami sebagai petani sudah makmur," papar Wahab.

Menanggapi hal ini, Humas Pertamina Unit Pemasaran MOR V, Rustam Aji yang mewakili sosialisasi, menilai penolakan oleh warga adalah hal yang wajar. Sebab, sosialisasi yang digelar kali ini merupakan tahap awal.

Ia optimis, ke depan warga akan setuju. Sebab, proyek tersebut merupakan program nasional untuk memenuhi kebutuhan BBM nasional agar tidak perlu impor. "Harapannya, dengan adanya kilang baru Pertamina hanya impor barang mentahnya saja," ujarnya.

Baca Juga: Perhutani KPH Tuban: Pembakaran Hutan Jelas Dilarang

"Ini tahap awal hanya sosialisaisi kepada publik dan belum harga lahan, juga belum final penetapan lokasi," sambungnya.

Menurutnya, berdirinya kilang minyak di Tuban akan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar. "Tenaga kerja akan terserap, bahkan warga lokal bisa membuat usaha kecil-kecilan seperti buka laundry, catering, dan kos-kosan," ucapnya. 

"Kami yakin, yang bersikap menolak tadi bukan mewakili secara keseluruhan, dan pasti banyak yang setuju," pungkasnya.

Baca Juga: Tinjau Lokasi Kebakaran, Kaporles Tuban: Penyebab Masih Diselidiki

Terpisah, Pemkab Tuban melalui Kabag Humas dan Media, Rohman Ubaid menyatakan, bahwasanya Pemkab tetap mendukung dan mengawal program strategis ini. Ia berharap, adanya proyek tersebut dapat menyejahterakan masyarakat Tuban, khususnya Kecamatan Jenu.

"Adanya sikap penolakan tadi, kita maklumi karena ini pertama. Ada sebagian yang keberatan, karena kemungkinaan kurang paham. Sebab, sebelumnya gak ada sosiliasi lebih detail," ungkap Ubaid sapaan akrabnya.

Diketahui, pembangunan kilang minyak di Tuban membutuhkan lahan seluas 800 hektare dengan reklamasi 300 hektare. (gun/rev)

Baca Juga: Usai Kebakaran Lahan Kilang Minyak, KPI GRR Tuban Langsung Lakukan Pengecekan ke Masyarakat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO