MALANG, BANGSAONLINE.com - Liwetan berasal dari kata Liwet, kosakata bahasa jawa, yang artinya suatu bentuk kerja sama dan kebersamaan yang cukup kuat. Sedangkan liwetan adalah prosesi syukuran dengan membuat nasi liwet yang dipadankan dengan beberapa lauk sederhana, seperti sambel tomat, dan kerupuk. Bila ingin mewah bisa ada ayam, daging, atau lauk ikan.
"Nasi liwet dinikmati secara berbarengan dengan jumlah banyak orang. Menu dan porsi sama rata," demikian diungkapkan Zaini Nasruddin, salah satu panitia acara Liwetan Akbar di Ponpes Sabilurrosyad, Gasek, Sukun Malang, Selasa (29/01) malam.
Baca Juga: Polri Uji Coba Syarat Kepesertaan Aktif JKN bagi Pemohon SIM di Malang Raya
Menurut Zaini, PWNU Jawa Timur sengaja menggelar acara ini dengan mengambil filosofi dari liwetan tersebut, yakni meningkatkan rasa kebersamaan. Karena itu, tujuan liwetan ini dalam rangka menjaga tali silaturahmi antar pondok pesantren yang di dalamnya terdapat para kiai, Gus, Lora, Ning selaku pengasuh pondok.
Gus Zaky Hadziq, Ketua RMI (robithoh ma'had islmaiyah) Jatim menyampaikan, liwetan ini sengaja digelar untuk mewujudkan kebersamaan (silaturahmi) antar Ponpes di Jawa Timur khususnya, nantinya bisa dilanjutkan secara nasional. "Saat ini tahun politik, perlu antisipasi atau menangkal terhadap propaganda yang bertujuan memecah belah umat," tegas Gus Zaky.
"Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama diharapkan mampu membantu meredam dan mendinginkan suasana, agar tidak terjadi perpecahan antar umat yang disebabkan perbedaan pilihan politik," cetusnya.
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Sementara KH Marzuki Mustamar, selaku tuan rumah mengajak para pengasuh pesantren maupun Gus dan Ning untuk terus menjaga kedaulatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang telak diperjuangkan pendiri NU. "Dimana NU salah satu pendiri bangsa sangat mufakat, jika Indonesia 'NKRI' tidak bisa di utak-atik lagi," tambahnya.
"Indonesia sendiri sangat luas keragamannya, multi etnis, agama, bahasa, seni dan budaya serta keragaman lainnya. Berpedoman pada Pancasila, NU melihat sudah sesuai dengan nilai Islam ahlussunnah waljamaah annahdliyyah," tukasnya.
Acara liwetan diakhiri dengan makan bersama nasi liwet dari nampan secara ramai-ramai yang sudah disediakan panitia. Ada sebanyak 500 nampan besar yang disediakan panitia untuk 2000 jamaah yang hadir. (iwa/thu)
Baca Juga: Sinergi BPJS Kesehatan dan Poltekkes Malang Sukseskan Program JKN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News