TUBAN, BANGSAONLINE.com - Kreatif dan inovatif, itulah yang dilakukan Sri Utami, seorang guru Taman kanak-kanak (TK) Al-Hidayah, Desa Sembungrejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban.
Bagaimana tidak, di tengah seabrek kesibukan rutin sebagai pendidik dan kegiatan sosial lainnya, ia masih sempat meluangkan waktunya untuk menuangkan ide-ide cerdasnya demi bisa bermanfaat untuk orang lain.
Baca Juga: Tingkatkan Literasi, SMKN 1 Tuban Launching Buku Karya Guru Melalui Program "Sagu Sabu"
Bergelut di dunia pendidikan anak usia dini membuatnya terpacu untuk menciptakan metode pembelajaran. Ia menciptakan alat peraga Kartun Babe berkarakter wayang untuk membantu merangsang dan memacu animo peserta didik dalam pembelajaran.
Menariknya, alat peraga wayang itu diciptkan ibu tiga anak ini dari karton bekas dan materi sampah lainya.
Saat disambangi di kediamanya pada Kamis (7/2/2019), Siti Utami menjelaskan, semua ini dilakukan semata-mata untuk lebih mendekatkan peserta didik kepada wayang yang mulai luntur. Menurutnya, anak-anak tidak boleh kehilangan jatidiri sebagai manusia yang berbudaya.
Baca Juga: Promosikan Kampus, UPN Veteran Jatim Jalin Kerja Sama dengan SMKN 2 Tuban
"Dan wayang ini salah satu warisan leluhur, makanya kita coba dengan ini," ungkapnya.
Menurutnya, karakter wayang itu tercipta setelah ia membuat beberapa penelitian ilmiah. Alat peraga itu, kata dia, bisa membantu peserta didik yang kemampuan berbahasanya kurang, serta kesulitan berinteraksi.
"Hasilnya ada perkembangan signifikan. Anak-anak lebih percaya diri dalam bercakap, yang biasanya malu, sekarang lebih aktif," ungkapnya.
Baca Juga: MAN 1 Tuban Raih Penghargaan Adiwiyata Mandiri 2024 dari Kementerian LHK
Lebih lanjut, Guru TK terbaik se-Kabupaten Tuban tahun 2018 dan kini dalam proses promosi untuk mengikuti guru berprestasi ke jenjang provinsi Jawa Timur pada 2019 itu berharap, karya yang sederhana ini bisa diadopsi oleh pendidik yang lain agar lebih bermanfaat secara umum. Sebab, disadari atau tidak pada era sekarang ini, gempuran teknologi kian masif. Apalagi tidak semua produknya bermanfaat untuk anak.
"Jadi kita harus berpacu untuk mengimbangi dengan kearifan lokal. Semoga membawa manfaat," tutup wanita jebolan jurusan konseling Universitas Kanjuruhan Malang tersebut. (tb1/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News