PPP Membelot, Peta Calon Pimpinan MPR: Pro Jokowi 322 , KMP 368 Kursi

  PPP Membelot, Peta Calon Pimpinan MPR: Pro Jokowi 322 , KMP 368 Kursi Sidang Paripurna MPR. Foto: merdeka.com


JAKARTA(BangsaOnline) Setelah ditunda kemarin, sidang paripurna pemilihan pimpinan MPR akan digelar hari ini, Selasa (7/10). Peta politik jelang pemilihan di parlemen pun bergerak dinamis. Hal ini dipicu salah satunya dengan terpilihnya anggota DPD Oesman Sapta Odang sebagai calon pimpinan MPR, pribadi yang dikenal sebagai seteru dengan Prabowo Subianto.

Dengan kondisi seperti ini, praktis Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang sebelumnya digadang-gadang bakal menempati slot pimpinan MPR lewat jalur Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pupus sudah. Padahal, PPP telah menyiapkan Ahmad Muqowam, senator yang merupakan kader partai Islam itu.

Di sisi lain, Koalisi Merah Putih (KMP) telah memutuskan jatah empat kursi pimpinan MPR yang diusung pihaknya akan diduduki oleh Ketua Djoko Udjianto (Demokrat) dan empat wakil ketua, yakni Mahyuddin (Golkar), Hidayat Nur Wahid (PKS) serta Zulkifli Hasan (PAN)

Melihat keputusan itu, politikus PPP Syaifullah Tamliha sempat mengancam KMP, jika kursi ketua atau wakil ketua MPR tidak disediakan untuk partai berlambang Kabah itu. Tidak tanggung-tanggung, pihaknya mengancam akan hengkang dan merapat ke kubu Jokowi.

"Jangan salahkan kalau kami ke lain hati," kata Syaifullah Tamliha, Jakarta, Senin (6/10).

Mengamati perkembangan politik yang dinamis ini, tentu terjadi pergeseran kekuatan dalam memperebutkan kursi pimpinan MPR. Jika pemilihannya dilakukan voting, maka peta kekuatan dari masing-masing kubu sebagai berikut.

Jumlah kursi kubu Prabowo yang terdiri dari Partai Golkar (91 kursi), Partai Gerindra (73 kursi), PAN (49 kursi), PKS (40 kursi), PPP (39 kursi) dan Partai Demokrat sebagai penyeimbang (61 kursi). Total kekuatan seluruhnya 353 kursi.

Sedangkan kekuatan kubu Jokowi terdiri PDIP (109 kursi), PKB (47 kursi), Partai NasDem (35 kursi) dan Partai Hanura (16 kursi), total kursi keseluruhan 207 kursi.

DPD sendiri terdiri dari 132 senator. Dari jumlah ini, kader PPP disebut menempati enam kursi.

Jika PPP cabut dari kubu Prabowo, maka sebanyak 39 kursi di DPR plus 6 kursi di DPD bergerak dinamis. Total ada 45 kursi PPP yang bisa direbut kubu Jokowi. Total kursi kubu Prabowo di DPR otomatis mengalami penurunan mencapai 314.

Kalkulasi selanjutnya, kalau PPP memutuskan gabung atau ditarik kubu Jokowi, maka total kursi kubu Jokowi mencapai 246.

Dengan posisi seperti ini, DPD bisa menjadi faktor penentu siapa yang bakal menguasai MPR. Jumlah kursi DPD menentukan bagi kedua kubu.

Oesman Sapta selama ini dikenal sebagai seteru Prabowo Subianto. Di organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Oesman pernah berseteru dengan Prabowo soal keabsahan kepemimpinan.

Majunya Oesman sebagai calon ketua MPR, tidak lepas dari keinginan Koalisi Indonesia Hebat yang sudah berjanji memberikan kursi MPR-1 untuk DPD.

Jika diasumsikan DPD lebih condong ke kubu Jokowi, ditambah suara PPP, maka kekuatan Koalisi Indonesia Hebat terbilang fantastis. Totalnya mencapai 378 kursi, jauh mengungguli kubu Prabowo yang hanya 314.

Namun, di DPD juga terdiri dari kader parpol Koalisi Merah Putih. Ketua Fraksi PKS DPR Hidayat Nur Wahid menyatakan tidak kurang dari 60 kursi, tetapi ini belum dikurangi dengan suara PPP. Dengan asumsi demikian maka kursi DPD dapat dipecah menjadi 54 kursi kubu Prabowo, 76 kursi kubu Jokowi.

Dengan komposisi seperti ini maka total kekuatan kubu Prabowo adalah 368 kursi (314+54), sedangkan kekuatan kubu Jokowi 322 kursi (246+70 --6 suara PPP di DPD telah dimasukkan ke 246--). Namun hitung-hitungan ini masih sangat mungkin bergeser mengingat suara di DPD yang masih cair dan adanya ancaman PPP mengubah 'kiblat'.

Baca Juga: Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai

Sumber: merdeka.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Presiden Jokowi Unboxing Sirkuit Mandalika, Ini Motor yang Dipakai':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO