JAKARTA(BangsaOnline) Setelah ditunda kemarin, sidang paripurna pemilihan
pimpinan MPR akan digelar hari ini, Selasa (7/10). Peta politik jelang
pemilihan di parlemen pun bergerak dinamis. Hal ini dipicu salah satunya dengan
terpilihnya anggota DPD Oesman Sapta Odang sebagai calon pimpinan MPR, pribadi
yang dikenal sebagai seteru dengan Prabowo Subianto.
Dengan kondisi seperti ini, praktis Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang
sebelumnya digadang-gadang bakal menempati slot pimpinan MPR lewat jalur Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) pupus sudah. Padahal, PPP telah menyiapkan Ahmad
Muqowam, senator yang merupakan kader partai Islam itu.
Di sisi lain, Koalisi Merah Putih (KMP) telah memutuskan jatah empat kursi
pimpinan MPR yang diusung pihaknya akan diduduki oleh Ketua Djoko Udjianto
(Demokrat) dan empat wakil ketua, yakni Mahyuddin (Golkar), Hidayat Nur Wahid
(PKS) serta Zulkifli Hasan (PAN)
Melihat keputusan itu, politikus PPP Syaifullah Tamliha sempat mengancam KMP,
jika kursi ketua atau wakil ketua MPR tidak disediakan untuk partai berlambang
Kabah itu. Tidak tanggung-tanggung, pihaknya mengancam akan hengkang dan
merapat ke kubu Jokowi.
"Jangan salahkan kalau kami ke lain hati," kata Syaifullah Tamliha,
Jakarta, Senin (6/10).
Mengamati perkembangan politik yang dinamis ini, tentu terjadi pergeseran
kekuatan dalam memperebutkan kursi pimpinan MPR. Jika pemilihannya dilakukan
voting, maka peta kekuatan dari masing-masing kubu sebagai berikut.
Jumlah kursi kubu Prabowo yang terdiri dari Partai Golkar (91 kursi), Partai
Gerindra (73 kursi), PAN (49 kursi), PKS (40 kursi), PPP (39 kursi) dan Partai
Demokrat sebagai penyeimbang (61 kursi). Total kekuatan seluruhnya 353 kursi.
Sedangkan kekuatan kubu Jokowi terdiri PDIP (109 kursi), PKB (47 kursi), Partai
NasDem (35 kursi) dan Partai Hanura (16 kursi), total kursi keseluruhan 207
kursi.
DPD sendiri terdiri dari 132 senator. Dari jumlah ini, kader PPP disebut
menempati enam kursi.
Jika PPP cabut dari kubu Prabowo, maka sebanyak 39 kursi di DPR plus 6 kursi di
DPD bergerak dinamis. Total ada 45 kursi PPP yang bisa direbut kubu Jokowi.
Total kursi kubu Prabowo di DPR otomatis mengalami penurunan mencapai 314.
Kalkulasi selanjutnya, kalau PPP memutuskan gabung atau ditarik kubu Jokowi,
maka total kursi kubu Jokowi mencapai 246.
Dengan posisi seperti ini, DPD bisa menjadi faktor penentu siapa yang bakal
menguasai MPR. Jumlah kursi DPD menentukan bagi kedua kubu.
Oesman Sapta selama ini dikenal sebagai seteru Prabowo Subianto. Di organisasi
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Oesman pernah berseteru dengan
Prabowo soal keabsahan kepemimpinan.
Majunya Oesman sebagai calon ketua MPR, tidak lepas dari keinginan Koalisi
Indonesia Hebat yang sudah berjanji memberikan kursi MPR-1 untuk DPD.
Jika diasumsikan DPD lebih condong ke kubu Jokowi, ditambah suara PPP, maka
kekuatan Koalisi Indonesia Hebat terbilang fantastis. Totalnya mencapai 378
kursi, jauh mengungguli kubu Prabowo yang hanya 314.
Namun, di DPD juga terdiri dari kader parpol Koalisi Merah Putih. Ketua Fraksi
PKS DPR Hidayat Nur Wahid menyatakan tidak kurang dari 60 kursi, tetapi ini
belum dikurangi dengan suara PPP. Dengan asumsi demikian maka kursi DPD dapat
dipecah menjadi 54 kursi kubu Prabowo, 76 kursi kubu Jokowi.
Dengan komposisi seperti ini maka total kekuatan kubu Prabowo adalah 368 kursi
(314+54), sedangkan kekuatan kubu Jokowi 322 kursi (246+70 --6 suara PPP di DPD
telah dimasukkan ke 246--). Namun hitung-hitungan ini masih sangat mungkin
bergeser mengingat suara di DPD yang masih cair dan adanya ancaman PPP mengubah
'kiblat'.
Baca Juga: Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News