SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Pelaksanaan Pemilihan Presiden 17 April lalu berlangsung dengan damai dan kondusif. Sejumlah lembaga survei pun merilis hasil perhitungan cepat (Quick Count) yang mereka laksanakan.
Namun hasil hitung cepat yang sementara diungguli oleh pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin itu diragukan oleh Prabowo-Sandi. Kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 02 itu lebih mempercayai hasil hitung cepat internal yang mengunggulkan Prabowo di kisaran 60 persen.
Baca Juga: Kelelahan, 7 Petugas KPPS Meninggal, di Banyuwangi, Magetan, Wonosobo, Tangerang, Klaten, Aceh
Menanggapi polemik itu, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur, Soekarwo ikut angkat bicara. Menurut gubernur Jatim dua periode itu, hasil perhitungan cepat dari berbagai lembaga survei nasional diyakini tak akan jauh beda dengan hasil real count yang akan dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dalam pengalaman data empirik selama ini, kata Pakde Karwo sapaan akrab Soekarwo, quick count itu tidak terlalu jauh dengan hasil akhir. Alasannya, metodologi ilmiahnya sudah ada dan sudah berulang kali diuji coba dalam setiap pemilihan langsung.
“Saya mengapreasiasi model-model seperti ini bagus. Saya kira Quick Count ini adalah suatu teknologi dan perpanduan ilmu pengetahuan yang bagus meski keputusan resmi ada di KPU," tutur Pakde Karwo, di Kantor DPD Partai Demokrat Jatim, Kamis (18/4).
Baca Juga: Kader Milenial Gerindra Minta Prabowo Maju Capres, Gus Fawait: Wajar dan Sangat Rasional
Menurut Pakde Karwo, hasil perolehan suara pasangan Jokowi-Ma’ruf di Jatim berdasar hitung cepat lembaga survei pada pemilu 2019 ini cenderung mengalami kenaikan signifikan daripada pemilu 2014 lalu. Sebab hasil itu adalah ungkapan masyarakat Jatim yang dulu masih floating mass atau belum menentukan pilihan, kini sudah menentukan pilihannya karena sudah merasakan manfaat dari kepemimpinan Pak Jokowi.
“Saya kira suara Jokowi di Jawa Timur naik signifikan dibanding Pilpres tahun sebelumnya,” bebernya.
Menurutnya, naiknya suara Pak Jokowi bukan semata terkait urusan politik semata, tapi karena masyarakat dalam memberikan dukungan itu lebih banyak dikaitkan dengan adanya kepuasan dan manfaat yang mereka rasakan. Jadi sebagian besar masyarakat Jatim merasa puas dengan kinerja pemerintahan Pak Jokowi.
Baca Juga: Dukung Pelantikan Jokowi-Ma'ruf Berjalan Aman, Ratusan Warga Sidoarjo Turun ke Jalan
Terlebih para pemilih swing voter dalam menentukan pilihan politik itu biasanya terkait manfaat apa yang mereka dapatkan dan bisa dirasakan langsung di dalam kehidupannya.
“Orang biasa berpikir, ada apa tidak manfaatnya. Teori pembangunan yang dirasakan adalah kepuasaan terhadap kinerja. Jadi yang mendukung Pak Jokowi banyak karena mereka berharap lima tahun ke depan manfaat itu diteruskan,” tandas dosen ekonomi Unair ini.
Ditanya apakah kemenangan Jokowi-Ma’ruf juga berdampak bagi Demokrat? Dengan diplomatis Pakde Karwo menyatakan belum berpikir sampai sejauh itu. Karena saat ini Demokrat tetap kerja sendiri.
Baca Juga: Dikabarkan Dapat Jatah Menteri, Begini Kata Ketua DPC Gerindra Pacitan
“Kita memang fokus di Jatim sesuai arahan DPP pada pemilu legislatif. Karena alat kelengkapan partai sebagai kepanjangan tangan partai adalah fraksi. Sehingga pertambahan kursi legislatif itu menjadi prioritas,” jelasnya.
Ia bersyukur para caleg dari Partai Demokrat di Jawa Timur beragam dalam bersikap di Pilpres karena bisa menyesuaikan local wisdom yang ada di daerah pemilihannya. “Kami menargetkan perolehan kursi DPRD Jatim bisa naik menjadi 15-18 kursi. Kami optimis bisa mencapai target tersebut karena caleg-caleg Demokrat adalah para petarung yang hebat,” imbuhnya.
Untuk diketahui, sejumlah lembaga survei sudah merilis hasil hitung cepat. Dengan jumlah kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin sekitar 54% dan Prabowo-Sandi 46%. (mdr/rev)
Baca Juga: FPI Punya Divisi Penegakan Khilafah, Plt Ketua PA 212 Ingin Dirikan Negara Khilafah pada 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News