Tafsir Al-Isra' 47-48: Siapa yang Tidak Waras?

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

47. Nahnu a’lamu bimaa yastami’uuna bihi idz yastami’uuna ilayka wa-idz hum najwaa idz yaquulu alzhzhaalimuuna in tattabi’uuna illaa rajulan mashuuraan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan engkau (Muhammad), dan sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu) ketika orang zalim itu berkata, “Kamu hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir.”

48. Unzhur kayfa dharabuu laka al-amtsaala fadhalluu falaa yastathii’uuna sabiilaan.

Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan untukmu (Muhammad); karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar).

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia


TAFSIR AKTUAL

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Dalam berbagai ayat studi sebelumnya kita tahu, bahwa ada beberapa kata hinaan yang ditujukan kepada pribadi nabi Muhammad SAW, seperti Sahir (tukang sihir), Mashur (terkena sihir), Majnun (gila), Kahin (dukun perewangan), sya'ir (pujangga penyair), dan lain-lain ternyata tidak mempan mempengaruhi publik, maka Alqur'an balik bertanya, sesungguhnya yang tidak waras itu siapa?

Pada ayat studi ini ditegaskan, perhatikanlah, betapa usaha mereka menggelarimu dengan berbagai sebutan negatif, penyihir, penyair, gila dan lain-lain, tetapi itu semua justru malah menenggelamkan mereka masuk lebih dalam ke lembah kesesatan hingga tidak menemukan jalan keluar menyelamatkan diri "fadhalluu falaa yastathii’uuna sabiilaan".

Pelajaran dari ayat ini adalah, janganlah kita terus-menerus menaruh kebencian kepada orang lain, sibuk menghabisi dengan berbagai tuduhan dan fitnah negatif (hoax), karena bisa jadi perbuatan tersebut berefek balik ke diri kita secara buruk sekali. Kita sibuk merusak orang lain, akibatnya lalai meningkatkan prestasi diri sendiri. Sementara orang lain terus berusaha memperkokoh diri dengan sabar dan meningkatkan kualitas diri.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Pada akhirnya, orang yang kita cemooh telah berhasil meraih prestasi, makin dewasa dan makin kuat, makin dipercaya ummat dan makin mapan, sementara kita yang mencemooh berjalan di tempat dan terpuruk. Jika tidak segera mengubah perilaku, maka kita terus-menerus menjadi penghasut yang merugikan diri sendiri. Kita berlindung diri kepada Allah SWT dari perbuatan zalim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO