Tafsir Al-Isra' 49-51: Megawati, Sukma, dan Grace Natalie Tanda Kebesaran Tuhan

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

49. Waqaaluu a-idzaa kunnaa ‘izhaaman warufaatan a-innaa lamab’uutsuuna khalqan jadiidaan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Dan mereka berkata, “Apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”

50. Qul kuunuu hijaaratan aw hadiidaan.

Katakanlah (Muhammad), “Jadilah kamu batu atau besi,

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

51. Aw khalqan mimmaa yakburu fii shuduurikum fasayaquuluuna man yu’iidunaa quli alladzii fatharakum awwala marratin fasayunghidhuuna ilayka ruuusahum wayaquuluuna mataa huwa qul ‘asaa an yakuuna qariibaan.

atau menjadi makhluk yang besar (yang tidak mungkin hidup kembali) menurut pikiranmu.” Maka mereka akan bertanya, “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah, “Yang telah menciptakan kamu pertama kali.” Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepalanya kepadamu dan berkata, “Kapan (Kiamat) itu (akan terjadi)?” Katakanlah, “Barang kali waktunya sudah dekat,”

TAFSIR AKTUAL:

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Pada ayat kaji ini dan ayat-ayat sebelumnya terbaca betapa orang-orang kafir Makkah bereaksi atas apa yang diberitakan Alqur'an terkait keimanan, hari akhir, hari dibangkitkan kembali setelah sekian lama mati, hari pembalasan dan lain-lain. Semua itu gaib dan tidak mudah dinalar, tetapi wajib diimani.

Bagi yang melulu memakai akalnya saja dan tertutup, maka pasti ingkar dan menolak. Sedangkan bagi yang berlapang dada dan terbuka, maka akan menerimanya sebagai materi keimanan. Justru pada obyek yang gaib inilah keimanan diuji. Jika percaya, maka Itulah keimanan sungguhan.

Bila obyek keimanan berupa hal yang syahadah, kasat mata, bisa dirasa, maka itu biasa. Kok sampai tidak percaya, maka kebangetan. Penghuni kutub dan tidak percaya bahwa pak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia preode 2014-2019, maka wajar. Hal itu karena mereka tidak menyaksikan sendiri. Tapi bila ada rakyat negeri ini yang tidak percaya, maka sungguh kebangetan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Di sinilah, pada persoalan gaib inilah Tuhan menjadikannya sebagai alat tes keimanan hamba-Nya. Respons seseorang terhadap sesuatu, itulah identitasnya. Mereka yang diam dan tunduk, dialah orang beriman. Sedangkan yang bawel dan menyanggah, maka dialah yang kafir. Mereka tidak sadar, jika sedang di-"tes" oleh Tuhan. Dan hasil tes tersebut, oleh Nabi akan dijadikan sebagai dasar langkah dakwah islamiah berikutnya.

Dari kacamata keimanan, di negeri ini bisa kita lihat siapa-siapa yang sungguhan beriman dan siapa-siapa yang keimanannya patut dipertanyakan. Di bawah ini sedikit contoh:

1. Ibu Megawati Soekarnoputri, bunda PDI-Perjuangan yang bulan-bulan lalu menjadi pembicaraan umat Islam cukup serius, bahwa, kabarnya, beliau "kurang percaya kepada akhirat", atau yang semakna dengan tesis itu.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

2. Disusul adiknya, ibu Sukmawati Soekarnoputri yang mengatakan bahwa kidung ibu Indonesia sangatlah elok dan lebih merdu daripada suara adzan. Sari Konde lebih cantik, lebih indah daripada cadar atau jilbab. Atau yang senada dengan tesis tersebut.

3. Grace Natalie, ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang berpidato dan menyatakan bahwa partainya tidak akan mendukung perda Injil dan juga tidak akan mendukung perda Syariah Islam, atau yang semakna dengan itu.

Nah, apa yang emak-emak katakan di atas mirip dengan apa yang diucapkan kaum kafir dulu, ketika merespons apa yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Jika benar, Megawati tak percaya kehidupan setelah dunia fana seperti yang diramaikan selama ini, sekali lai jika benar, maka itu mirip dengan wong kafir yang ingkar yaum al-ba'ts sebagaimana tertutur pada ayat kaji sebelumnya.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Sukmawati yang membanding-bandingkan sari konde dengan cadar atau jilbab, kidung dengan suara adzan dengan nada merendahkan, sungguh serupa dengan para kafir arahan al-Nadr ibn Haris yang merendahkan ayat-ayat Alqur'an yang tak lebih dari dongeng masa lalu dan kidung para seniman. Sama halnya dengan Musailimah al-Kazzab, sang pendusta.

Dua emak-emak tersebut tidak boleh kita kafir-kafirkan, karena mereka menyatakan beragama islam, bahkan -mungkin- berucap kalimah syahadah, bahkan pula pernah melakukan shalat. (Allah a'lam). Yang perlu kita sikapi adalah aksi mereka berikutnya terhadap Islam dan umat Islam. Apa sih manfaat mereka bagi Islam?

Karuan si Grace Natalie yang secara terbuka dan terang-terangan tidak mendukung agama, utamanya Islam. Maka terpujilah ulama' yang menfatwakan, bahwa umat islam HARAM memilih Partai Solidaritas tersebut. Dari sisi politik. Pernyataan Grace itu terlalu lancip, sehingga membuat umat beragama menjauh. Dari sisi keimanan, begitulah cara Allah SWT memelesetkan lidah mereka, sehingga umat Islam jauh-jauh terselamatkan dari partai tersebut. Biasanya, ada saja wong Islam yang membela.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO