SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Konstelasi politik di Kota Surabaya mulai meningkat menjelang pelaksanaan Pemilihan Langsung Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya (Pilwali) tahun depan. Sejumlah nama politikus dan birokrat senior pun dijagokan sebagai suksesor Tri Rismaharini.
Peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam menilai peluang Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana saat ini masih yang tertinggi. Sebab, ia diuntungkan dengan posisinya hari ini. Baik sebagai Wakil Wali Kota Surabaya maupun Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya.
Baca Juga: Bawaslu Kota Surabaya Serahkan Laporan Hasil Pengawasan Pilkada 2020 ke Pemkot dan DPRD
Namun Surokim mengungkapkan, posisi Whisnu bisa terancam oleh figur muda dan progresif. Sebab, saat ini tren munculnya tokoh politik di berbagai belahan dunia itu mengarah ke pemimpin muda (Youth Gen). Banyak anak muda yang memenangi kontestasi politik karena anak muda biasanya progresif dan membawa semangat perubahan.
“Prediksi saya yang bisa mengalahkan dominasi Whisnu Sakti ya calon muda progresif. Mas Whisnu bisa dikalahkan calon muda progresif yang punya daya kejut wow,” tutur Surokim yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura itu, Rabu (3/7).
Senada dengan komentar Surokim, saat ini bermunculan figur muda yang digadang sebagai calon kontestan Pilwali Surabaya 2020. Figur muda itu di antaranya adalah Lia Istifhama dan Ahmad Maududi Maschan (Gus Dodi). Bahkan di sebuah polling online versi pollingkita.com, sampai Rabu (3/7) sore, nama Lia dan Dodi ada di urutan atas. Figur millenial itu bersaing dengan nama beken seperti Whisnu Sakti Buana dan KH. Zahrul Azhar As’ad (Gus Hans). Bahkan Lia dan Dodi mengungguli figur senior seperti Armuji, Renville Antonio, Fandi Utomo, Vincensius Awey dan Eri Cahyadi.
Baca Juga: Dilantik Besok Sore, Ini Harapan Warga Surabaya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baru
Lia adalah aktivis Fatayat NU Jawa Timur yang juga keponakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Lia mengungkapkan, dirinya terkejut namanya muncul kepermukaan sebagai kandidat Calon Wali Kota atau Waki Wali Kota Surabaya.
“Duh, orang-orang kok baik banget mau milih saya dalam polling itu. Selama ini saya lebih memilih men-support calon yang capable seperti ketika pilgub mendukung Bu Khofifah dan pilpres mendukung Pak Jokowi. Kalau untuk maju belum terpikir,” ujar semifinal Ning Surabaya 2006 tersebut.
Sedangkan Ahmad Maududi Maschan menanggapi masuknya nama dia dalam bursa kandidat Calon Wali Kota atau Wakil Wali Kota Surabaya cukup wajar. Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya itu menilai saat ini masyarakat bebas merekomendasi kandidat calon pemimpin.
Baca Juga: Pascapilkada, Jaman Jatim Evaluasi Pembekuan Jaman Surabaya
Putra mantan Ketua PWNU Jatim KH. Ali Maschan Moesa ini membeberkan, paling tidak hari ini Surabaya membutuhkan sosok yang mampu menghijaukan Surabaya lahir dan batin. Selain itu juga harus mampu memadukan nuansa pendidikan pesantren di kota metropolis yang majemuk di saat paham radikalisme coba merongrong.
“Tren yang terjadi hari ini pemimpin dipegang anak muda yang memiliki darah juang dengan karakter arek namun religius dan nasionalis,” imbuh pengasuh pesantren Luhurl Al Husna, Wonocolo, Surabaya itu. (mdr/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News