SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Setiap tokoh punya konsep andalan yang menjadi program kerja, contohnya Presiden Joko Widodo dikenal dengan program Nawa Cita. Sementara Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengusung Nawa Bhakti Satya. Kini muncul ikon baru, Nawa Tirta yang digagas Lia Istifhama atau biasa disapa Ning Lia.
Menurut perempuan milenial yang didorong maju dalam bursa pemilihan langsung Wali Kota (Pilwali) Surabaya 2020 itu, dirinya punya konsep Nawa Tirta sebagai program kerja membangun Kota Surabaya. Semifinalis Ning Surabaya 2006 ini membeberkan, Nawa Tirta konsep pembangunan secara utuh kota Surabaya.
Baca Juga: Bawaslu Kota Surabaya Serahkan Laporan Hasil Pengawasan Pilkada 2020 ke Pemkot dan DPRD
"Bismillah. Nawaitu, Insya Allah, kalau dipercaya masyarakat Surabaya, saya tawarkan Nawa Tirta sebagai 9 program membangun Kota Surabaya," tutur keponakan Khofifah itu, Rabu (31/7).
Kader Fatayat NU yang juga pengurus Lembaga Perlindungan Anak Bina Annisa ini menjelaskan, Nawa Tirta adalah sembilan jalan air yang merupakan jalur membangun sembilan aspek kehidupan. Dari sembilan program itu akan menghasilkan keseimbangan fisik dan psikis. Termasuk keseimbangan lokalitas dan globalisasi.
"Jangan sampai seorang pemimpin terlampau visioner, tapi melupakan permasalahan di dekatnya. Karena masalah besar itu sejatinya berawal dari masalah kecil. Karena itu pemimpin tak boleh abai pada masalah sekecil apapun," tuturnya.
Baca Juga: Dilantik Besok Sore, Ini Harapan Warga Surabaya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baru
"Pemimpin jangan sampai seperti air mancur, menyirami yang jauh, tapi justru yang di dekatnya kering karena tidak kena siram. Karena itu, pemimpin harus bisa merangkul seluruh elemen masyarakat," ujar putri KH. Masjkur Hasjim itu.
Terkait turunan dari Nawa Tirta, Lia belum mau bicara gamblang. Menurutnya, tidak etis karena ia belum resmi sebagai calon Wali Kota atau Wakil Wali Kota. Namun ia mengungkapkan filosofi dari Nawa Tirta adalah air sebagai sumber kehidupan.
"Prinsipnya orang tidak bisa hidup tanpa air (tirta). Apalagi kota Surabaya identik dengan air, baik sebagai wilayah maritim dengan ikon Tanjung Perak, maupun secara geografis Surabaya dikelilingi oleh Sungai Brantas (Sungai Surabaya) dan Kalimas. Bahkan di masa lalu, Surabaya adalah kota perdagangan dengan sungai yang menjadi urat nadi lalu lintas perdagangan," pungkas kandidat doktor dari UIN Sunan Ampel, Surabaya tersebut. (mdr/ian)
Baca Juga: Pascapilkada, Jaman Jatim Evaluasi Pembekuan Jaman Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News