JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Usia Pondok Pesantren lebih tua dari usia Republik Indonesia (RI). Pesantren telah banyak memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan negara Indonesia, termasuk memerdekaan RI. Di antaranya Pesantren Tebuireng yang didirikan Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari. Bahkan lahirnya lembaga pendidikan modern seperti full day school, boarding school, dan sebagainya justru terinspirasi dari sistem pendidikan pesantren.
Demikian pandangan yang mengemuka dalam Seminar Nasional bertema "Memadukan Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional" yang digelar Pesantren Tebuireng dalam rangka memperingati "120 Tahun Pesantren Tebuireng" di Gedung KHM Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Jumat (23/8/2019).
Baca Juga: Di SMA Award 2024, Pj Gubernur Jatim Minta Konsisten Berprestasi Tingkat Nasional dan Internasional
KH. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, mengemukakan dulu ketika para tokoh menemui Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional yang hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, mengaku bahwa konsep pendidikan nasional yang dikembangkan justru mengambil dari sistem pendidikan pesantren.
"Ini semua saya ambil dari pesantren," kata Ki Hajar Dewantoro seperti dikutip Kiai Ahmad Hidayatullah Zarkasyi. Karena itu ia bersyukur menjadi orang pesantren. "Alhamdulillah kita berada pada tempat yang baik, benar, dan berjasa bagi bangsa," kata Ahmad Hidayatullah Zarkasyi.
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Menurut dia, hampir semua tokoh nasional tak lepas dari pengaruh pesantren, termasuk Panglima Jenderal Soedirman. "Kalau Kiai Hasyim Asy'ari gak usah ditanya," katanya.
Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah), pengasuh Pesantren Tebuireng juga mengungkapkan bahwa sistem pendidikan pesantren dinilai banyak pihak sebagai lembaga pendidikan terbaik. "Dulu Pak Sudjatmoko pernah bilang, kalau pesantren diatur dengan manajemen, maka pesantren akan menjadi lembaga pendidikan terbaik," kata Gus Sholah. Dr. Sodjatmoko adalah tokoh Indonesia yang pernah menjabat Rektor Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Gus Sholah juga bercerita tentang Tebuireng saat diasuh Hadratussyaikh. Menurut dia, pada saat Hadratussyaikh memimpin Pesantren Tebuireng ada Kelas Musyawarah. Dalam kelas ini Hadratussyaikh memilih santri-santri yang cerdas dan pintar dididik secara khusus. Santri-santri yang masuk Kelas Musyawarah ini kelak jadi ulama atau kiai yang mendirikan pesantren-pesantren besar terutama di Jawa. "Mbah Hasyim punya kemampuan untuk memilih bibit unggul," kata Gus Sholah.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Menurut Gus Sholah, pesantren harus memiliki kelas khusus untuk mendidik santrinya menjadi ulama atau kiai, meski tak semua harus jadi kiai. Ia mengutip pernyataan ayahnya KH A Wahid Hasyim yang mengatakan bahwa 10 persen saja yang jadi kiai sudah baik. "Yang lain bisa jadi apa saja, asal baik," kata Gus Sholah mengutip Kiai A Wahid Hasyim.
Karena itu, di Pesantren Tebuireng Kelas Musyawarah itu sekarang diwujudkan lagi dalam bentuk Ma'had Aly yang secara khusus mempelajari agama dengan bahasa keseharian bahasa Arab. Menurut Gus Sholah, jika pesantren belum meimiliki lembaga pendidikan khusus seperti Ma'had Aly, maka sama saja dengan Boarding School.
Sementara KH Glory Islamic, pimpinan Yayasan Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) Lamongan menuturkan bahwa lembaga pendidikan yang diasuhnya ditekankan pada sensitivitas sosial. Menurut dia, santri lulusan SPMAA diwajibkan mengabdi langsung ke tengah masyarakat tanpa fasilitas agar punya militansi tinggi. Mereka dikirim ke daearah terpencil.
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Siswa, Khofifah Dorong Inovasi Digital di Perpustakaan
"Tak boleh minta uang, tak boleh minta penginapan," katanya sembari menegaskan bahwa para santri itu diuji kecerdasannya saat terjun ke masyarakat. "Makanya diajari juga kecerdasan berkomunikasi," katanya.
Lalu apa ukuran sukses tugas pengabdian ke masyarakat itu? "Kalau masyarakat tempat ia mengabdi itu minta agar santri tersebut tidak boleh pulang lagi (tetap di tempat tugas mengabdi). Berarti masyarakat membutuhkan dia," katanya. (Em Mas'ud Adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News