Tafsir Al-Isra' 59: Dakwah Membuat Orang "Takut" Itu Lebih Baik

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag

59. Wamaa mana’anaa an nursila bial-aayaati illaa an kadzdzaba bihaa al-awwaluuna waaataynaa tsamuuda alnnaaqata mubshiratan fazhalamuu bihaa wamaa nursilu bial-aayaati illaa takhwiifaan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena (tanda-tanda) itu telah didustakan oleh orang terdahulu. Dan telah Kami berikan kepada kaum samud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya (unta betina itu). Dan Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.


TAFSIR AKTUAL

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Kebangetan, tidak berhenti-berhentinya orang kafir memusuhi Islam dan menjahati Nabi dan para sahabat. Ada yang menjahati secara fisik seperti Abu Jahal, dan banyak pula ada yang omongannya menggeregetkan. Sedang asyik-asyiknya nabi Muhammad SAW memberi nasihat kepada khalayak ramai, seseorang berdiri dan mengusulkan: "Hai Muhammad, mintalah kepada Tuhanmu agar mengubah bukit Shafa menjadi emas...".

Disoal demikian, nabi mulia itu hanya tersenyum ramah. Tapi para malaikat di langit ngamuk-ngamuk dan Jibril turun menawarkan jawaban. "Ya Rasulallah, jika engkau mau, akan kami kabulkan permintaan tersebut, asal sesudah itu mereka mau beriman. Jika tidak, maka tidak ada penundaan lagi, pasti kami habisi mereka, sekarang juga".

Rasulullah SAW menjawab: "Saya pilih ditunda saja, tidak beriman sekarang tidak apa-apa. Mungkin besok atau lusa, atau anak-anak mereka nanti..".

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Lalu ayat ini memberi tahu, bahwa para nabi terdahulu juga didustakan oleh kaumnya. Unta nabi Shalih A.S. setiap hari memberi air susu gratis kepada semua orang yang membutuhkan. Tinggal memerah saja, gratis, dijamin cukup stok, asal jangan diganggu. Ternyata dibunuh. Ya sudah. Azab datang tak terelakkan.

Dengan teguran ayat ini, bisalah dipahami, bahwa tidak selamanya dakwah pakai kesantunan nan toleran, ngalah, dan sabar, itu baik. Sebab dari sisi lahiriah, sering kali tidak ada bedanya antara toleran dan kelemahan. Toleran dan pasif sama halnya dengan tidak berbuat apa-apa. Lemah iman juga tidak berbuat apa-apa. Sama-sama tidak mengubah keadaan. Hanya mengandalkan hidayah turun dari langit. Tidak sama dengan toleran yang punya program dan agresif. Perbuatan maksiat suatu ketika ditolerir, tapi waktu selanjutnya diubah dan diarahkan.

Untuk itu Tuhan mengingatkan, bahwa pemberian mukjizat teruntuk para nabi punya banyak fungsi, antara lain:

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Pertama, pendukung atas kebenaran dakwah yang disampaikan oleh Nabi yang bersangkutan. Dengan adanya mukjizat, maka kewibawaan nabi makin kuat dan dakwah islamiahnya makin terpercaya. Ada orang yang mudah didakwahi, meski tanpa ada bukti fisis. Dan ada orang yang baru mau percaya jika ada bukti. Di sini, mukjizat diperlukan.

Kedua, mukjizat sebagai ancaman bagi mereka yang tidak mau beriman. Inilah yang ditera pada ayat studi ini " ..wamaa nursilu bial-aayaati illaa takhwiifaan". Jadi, sesungguhnya mukjizat itu warning (takhwif) ketika umat bawel dan mendustakan. Sudah menyaksikan sendiri kebenarah dakwah nabi, masih saja ingkar. Maka bagi Tuhan, cukup beralasan untuk menyiksa mereka.

"Takhwif" (mengancam, menakut-nakuti) oleh ayat ini dibahasakan dalam bentuk istitsna' "illaa takhwifa", menjadi tujuan satu-satunya. Hanya bertujuan takhwif Tuhan memberikan mukjizat pada nabi-Nya.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Dari sisi kejiwaan, ini sangat manusiawi dan mendasar. Dibanding dengan perintah berbuat kebajikan dengan iming-iming pahala, nafsu, dan kejahatan, manusia lebih bisa terkendali jika ada dosa, ada ancaman, ada hukuman yang pasti diterapkan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Inilah tindakan prevensi yang harus lebih dahulu dikondisikan demi menyongsong kesalehan perilaku manusia. Ulama' menyebutnya dengan langkah "dar' al-mafasid". Langkah ini lebih diutamakan ketimbang "jalb al-mashalih", menggapai kemaslahatan.

Di negeri ini, dakwah lebih dipopulerkan dengan gaya toleran, sehingga kemaksiatan-kemaksiatan tertentu, seperti buka aurat di depan umum, jogetan, menari erotis, interaksi laki-perempuan, termasuk tidak shalat dan tidak puasa, sangat bebas dilakukan atas nama kebebasan dan toleran. Inilah akibat dakwah toleran.

Sedangkan maksiat besar seperti prostitusi, minuman keras, narkoba, pencurian, korupsi, pencucian uang, penggangu kedamaian sudah benar, yaitu diatur dengan Undang-Undang dan ancaman hukuman. Tinggal pelaksanaannya, dituntut serius, adil, dan tidak tebang pilih. Itulah dakwah pola "takhwif", maka hasilnya lebih nyata walau terkesan dipaksakan. Lebih baik dipaksakan, diancam, dan aman daripada ditolerir, dimaaf, tapi malah ngelamak dan brutal.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO