Deputi BNPT: Anak Muda Saat Ini Jadi Target Kelompok Radikal Teror

Deputi BNPT: Anak Muda Saat Ini Jadi Target Kelompok Radikal Teror Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti. Foto: Jurnaljakarta.com

BangsaOnline-Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti, Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme () menegaskan bahwa kelompok radikal teror saat ini telah menjadikan anak muda yang sedang dalam proses pencarian jati diri sebagai target untuk menjadi pelaku teror. "Pemuda yang cenderung labil secara psikologis dimanfaatkan oleh kelompok teror dengan propaganda tertentu," kata Agus Surya Bakti di hadapan 600 kiai NU Jawa dan Sumatera dalam Silaturahim Nasional tentang Penguatan Aswaja dan Penanggulangan Terorisme dalam Ketahanan Nasional di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok Jawa Barat.

Kelompok ini, kata Agus, melakukan brainwash (pencucian otak) interpretasi ajaran agama yang disesatkan dengan stimulus semu, bahwa nantinya pelaku akan mendapat ganjaran tertentu setelah mereka menumpahkan darahnya dalam "perjuangan" ini. "Para pemuda pun diajarkan teknis pembuatan bom secara otodidak dan latihan paramiliter dengan menggunakan senjata rakitan," kata Agus. 

Baca Juga: Polda Jatim Kolaborasi dengan Ponpes Wali Barokah Bentengi Santri dari Pengaruh Radikalisme

Ia menceritakan bukti keterlibatan para pemuda itu dalam aksi teror sejak kasus Bom Bali -1, Bom Gereja Kepunton, sampai aksi penembakan Pos Polisi Singosaren di Solo, serta Bom di Beji, Tambora dan Poso. "Semuanya dilakukan oleh pemuda dengan rentang usia 18-31 tahun. Tidak hanya menjadi martir, para pemuda yang tergabung dalam kelompok radikal terorisme juga telah memiliki kemampuan untuk melakukan propaganda, pengumpulan dana, pengumpulan informasi, perekrutan serta penghasutan dengan menggunakan media internet dan jejaring media elektronik lain seperti radio untuk kepentingan propaganda radikal teror," tegasnya. 

Menghadapi kenyataan itu, kata Agus, melakukan dua strategi pencegahan. "Pertama, strategi deradikalisasi yang ditujukan kepada kelompok inti dan militan," katanya sembari menjelaskan bahwa strategi deradikalisasi adalah usaha "harm reduction" yang ditujukan untuk mengubah paradigma berpikir kelompok inti dan militan radikal terorisme agar tidak kembali melakukan aksi teror

Strategi kedua, jelas Agus, adalah kontraradikalisasi atau penangkalan idelogi. "Strategi ini ditujukan kepada seluruh komponen masyarakat agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh paham dan aksi radikal terorisme," katanya. Karena itu menggelar berbagai program seperti pelatihan antiradikal-terorisme kepada ormas, sosialisasi kepada segenap unsur pendidikan serta Training of Trainer (ToT) kepada sivitas lembaga pendidikan keagamaan dan sebagainya.  

Baca Juga: Terima Pin Emas BNPT 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perangi Paham Radikal dan Terorisme

Seperti diberitakan beritaonline, pesantren yang diasuh KH A Hasyim Muzadi itu menggelar Silaturahim Nasionaltentang Penguatan Aswaja dan Penanggulangan Teorisme dalam Ketahanan Nasional. Acara ini digelar berkat kerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (). Sejumlah menteri dan pejabat tinggi negara hadir dalam acara Silaturahim Nasional tentang Penguatan Aswaja dan Penanggulangan Terorisme dalam Ketahanan Nasional di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok Jawa Barat, Sabtu (6/12/2014). Acara yang dihadiri para ulama dan kiai NU dari Jawa, Madura dan luar Jawa ini sangat serius membahas tentang terorisme dan eksistensi NU ke depan.

Para pejabat tinggi negara yang hadir antara lain: Menteri Pertahanan RI Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, Kepala BIN Letnan Jenderal TNI Marciano N, Kepala Komisaris Jenderal Polisi Saud Usman, Menteri Agama Drs Lukman Hakim Saifuddin, Mensos Khofifah Indar Parawansa, Menristek Prof Dr M Nasir, Wamenlu RI AM Fachir dan para pejabat tinggi lainnya.

Dari PBNU hadir KH Saifuddin Amsir MA, Dr KH Cholil Nafis, Katib Aam KH Malik Madani dan para kiai lainnya. “NU sekarang dikepung berbagai ancaman dan kepentingan dari luar,” kata KH A Hasyim Muzadi, pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam yang sekaligus tuan rumah acara. “Karena itu perlu penguatan, baik struktural maupun kultural,” tegas Kiai Hasyim yang Rois Syuriah PBNU.

Baca Juga: Bahas Premanisme dan Radikalisme, UBS PPNI Mojokerto Gelar Kuliah Pakar

Acara ini dimulai Sabtu pagi jam sebelas dan akan berlangsung sampai Senin (8/12/2014).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO