SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Abdusshomad Buchori menegaskan bahwa ucapan Assalamu’alaikum mengandung unsur teologis, karena itu umat Islam, jika pidato – termasuk pejabat - tak perlu menambah dengan ucapan salam agama lain.
“Toleransi itu adalah menerima perbedaan, bukan penyeragaman,” tegas Kiai Abdusshomad Buchori saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Al-Akbar Surabaya (MAS) Surabaya, Jumat (3/1/2020).
Baca Juga: Keganjilan Pagar Laut Misterius
Di hadapan ribuan jamaah salat Jumat, Kiai Abdusshomad mengaku pernah ditanya seseorang soal ucapan selamat natal. Ia secara tegas menjawab bahwa ucapan salam agama itu tak perlu dicampur dan diseragamkan. Ternyata di tengah respons pro-kontra, Kiai Abdusshomad mengaku mendapat pesan lewat WhatsApp (WA) dari tokoh agama Hindu di Bali.
Isi WA-nya? “Dia setuju dengan pendapat saya karena dia juga merasa sulit untuk menirukan ucapan Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” kata Kiai Abdusshomad.
Selama ini, agar dianggap toleran, para tokoh selalu mengucapkan salam berbagai agama, setiap mau mengawali pidato. Bagi tokoh muslim, setelah mengucapkan Assalamu’alaikum, lalu mengucapkan salam agama Hindu, Budha, Kristen, Konghuchu dan seterusnya.
Baca Juga: Sambut Malam Pergantian Tahun, MUI Kota Batu Terbitkan Maklumat
Begitu juga tokoh agama non-muslim. Agar dianggap toleran, mereka juga mengucapkan Assalamu’alaikum. Padahal melafalkan Assalamu’alaikum tidak mudah, apalagi jika lengkap dengan warahmatullahi wabarakatuh. Bagi yang tidak biasa melafalkan bahasa Arab, justru tak fasih dan kadang jadi bahan tertawaan karena tidak pas.
Karena itu tokoh Hindu di Bali itu sepakat dengan pandangan Kiai Abdusshomad, bahwa salam agama tak perlu dicampur-campur. Bagi dia, seseorang cukup mengucapkan salam sesuai agama yang diyakini.
Menurut Kiai Abdusshomad, umat Islam sudah punya pedoman dan petunjuk yaitu al-Quran. Karena itu al-Quran itulah yang harus dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hidup dan berinteraksi dengan penganut agama lain, yaitu memelihara toleransi. “Lakum dinukum waliyadin,” kata Kiai Abdusshomad. Artinya, bagimu agamamu, bagiku agamaku. (tim)
Baca Juga: 5 Renungan Natal 2024 Singkat Penuh Makna, Perjalanan Menuju Betlehem dan Kelahiran Yesus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News